REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebuah majalah satir Prancis, Charlie Hebdo, berencana memasang gambar kartun Nabi Muhammad pada edisi Rabu, (19/9) waktu setempat.
Rencana yang disampaikan pihak Charlie Hebdo tersebut pada Selasa (18/9) memicu kecaman dari para pemimpin politik dan pemimpin agama Prancis. Mereka menentang ide tersebut dan menyerukan agar masyarakat menghindari hal-hal yang dapat memicu ketegangan, demikian dilansir Reuters.
Perdana Menteri Prancis Jean-Marc Ayrault termasuk yang keberatan dengan rencana itu. ''Dalam iklim saat ini, saya tidak setuju dan keberatan dengan langkah tersebut,'' kata dia.
Sementara itu, polisi setempat juga telah berjaga-jaga di depan kantor media mingguan tersebut. Hal ini untuk mengantisipasi adanya protes besar terkait rencana tersebut.
Protes juga disampaikan lembaga Muslim Prancis (CFCM). CFCM menuduh langkah tersebut justru akan memicu sentimen anti-Muslim.
Organisasi ini juga menggelar aksi untuk memprotes rencana surat kabar tersebut pada Sabtu, (15/9). Dalam aksinya itu, mereka menyerukan protes dan demo secara tenang tanpa anarkis.
Seperti diketahui, Prancis adalah salah satu negara yang memiliki populasi umat muslim terbesar Eropa. Dengan adanya rencana ini, tentunya akan memicu ketegangan dan sentimen anti-Muslim.
Apalagi saat ini, dunia sedang menghadapi gelombang protes atas peluncuran film ''Innocence of Muslims''. Ini bukan pertama kalinya, Charlie Hebdo memasang gambar Nabi Muhammad SAW. Pada 2011, kantor media itu pernah dibom karena menerbitkan gambar Muhammad sebagai sampul depan.