REPUBLIKA.CO.ID, Seperti halnya Al-Ghazali, tujuan pendidikan yang dikemukakan Ibnu Sina juga didasarkan pada pandangannya tentang insan kamil.
Insan kamil dalam pandangan Ibnu Sina adalah manusia yang terbina seluruh potensi dirinya secara seimbang dan menyeluruh sehingga dia bisa melaksanakan fungsinya sebagai seorang khalifah di masyarakat.
Tujuan pendidikan, menurut Ibnu Sina, harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangan yang sempurna, yakni mencakup perkembangan fisik, intelektual, dan budi pekerti.
Menurut dia, tujuan pendidikan harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di tengah masyarakat dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, dan potensi yang dimilikinya.
Khusus pendidikan yang bersifat jasmani, Ibnu Sina menekankan hendaknya tujuan pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, seperti olahraga, makan, minum, tidur, dan menjaga kebersihan.
Karena melalui pendidikan jasmani, menurutnya, seorang anak diarahkan agar terbina pertumbuhan fisiknya dan cerdas otaknya.
Sedangkan dengan pendidikan budi pekerti, diharapkan seorang anak memiliki kebiasaan bersopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari. Dan, dengan pendidikan kesenian, seorang anak diharapkan dapat mempertajam perasaannya dan meningkat daya imajinasinya.