Jumat 21 Sep 2012 09:09 WIB

Louvre Pamerkan Seni Islam yang Toleran & Damai

Beberapa koleksi seni peninggalan Islam yang dipamerkan di sayap baru Museum Louvre, Paris, Prancis.
Foto: AP
Beberapa koleksi seni peninggalan Islam yang dipamerkan di sayap baru Museum Louvre, Paris, Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS--Saat Dunia Islam diguncang oleh serangan ultrakanan, mulai film Innocence of Muslim yang menghina Nabi Muhmamad dan yang terkini kartun--juga melecehkan--Nabi di majalah Prancis, Charlie Hebdo, sebuah kabar menyejukkan datang dari Museum Louvre di Prancis. Kini museum terkenal Negara Eiffel itu memiliki satu sayap yang didedikasikan untuk seni-seni Islam.

Proyek senilai hampir 130 juta dolar itu muncul pada saat ketegangan melanda Barat dan Dunia Muslim.

Para Kurator Louvre, seperti dilansir Huffington Post menyatakan departemen Seni Islam, yang memakan waktu 11 tahun dalam pembangunan hingga dibuka pada publik, Sabtu pekan lalu, sebagai jalan membantu menjembatani perbedayaan budaya. Mereka mengatakan dalam sayap itu bakal terdapat koleksi yang menawarkan rasa hormat terhadap Nabi Muhammad yang kini tengah mengalami pelecehan di Barat hingga memicu protes dari umat Islam.

Meski, salah satu konsultan darn kurator Louvre mengakui mungkin beberapa Muslim akan terkejut dengan tiga gambar yang mengekspose langsung wajah Nabi Muhammad. Banyak Muslim meyakini bahwa rasul ak seharusnya digambarkan sama sekali---meski secara terhormat---karena akan memicu pengkultusan.

Galeri-galeri dalam sayap itu bakal menjadi ajang pameran salah satu koleksi seni tingkat tinggi di Barat. Sekitara 18 ribu artefak dari abad ke-17 hingga abad ke-19 berada di sana.

Namun sayap itu tak berarti memiliki desain kuno. Koleksi tadi dinaungi oleh atap kaca futuristik yang didesain oleh arsitek italia, Rudy Riccioti dan Mario Bellini, hingga menyerupai sayap capung. Di sana pula nanti terdapat karpet terbang bahkan kerudung yang ditiup angin. Area itu juga menandai perubahan terbesar dalam Louvre sejak arsitek I.M. Pei mengguncang museum kesohor Paris itu dengan piramida kaca ikoniknya pada 1989.

Mungkinkah sayap terbaru museum tersebut muncul di saat yang tepat? Misi koleksi Louvre adalah memperkuat pemahaman antara Barat dan Dunia Islam. Alih-alih menyoroti Islam sebagai agama eksklusif, museum tersebut merayakan dengan menampilkan aspek-aspek toleransi, sekuler dan berbudaya tinggi dari peradaban Islam yang mungkin sedikit disentuh media.

Kepala departemen seni Islam Louvre, Sophie Makriou, berharap sayap baru itu akan mengajarkan mengenai toleransi dan keberagaman. "Saya menyukai gagasan menunjukkan sisi lain sebuah koin," ujar Makariou, berdiri di depan dinding yang didekorasi dengan ubin-ubin berpola tumbuhan dan bunga-bunga dari Kekaisaran Utsmani Turki abad ke-16. "Kita berbicara mengenai dunia yang berbeda warna dari Atlantik, Spanyol, Maroko dan India. Ada kompleksitas di sana," paparnya.

Saat ini kita menderita dari penyederhanaan terhadap Dunia Islam. (Beberapa) orang berupaya untuk membuat kita yakin bahwa hanya satu wajah Islam, dan itu tak benar." Memang dan itu terlihat dalam koleksi yang dipamerkan dalam sayap baru Louvre, sebuah patung singa yang diukir cermat dari abad ke-13 dari Spanyol berdiri tegak bersama dengan patung kepala lanka seorang pangeran dari abad pertengahan asal Iran. Karya-karya yang ditampilkan tak hanya dibuat oleh Muslim, tetapi juga oleh seniman Kristen dan Yahudi.

Menyadari pentingnya arti politik dalam koleksi terbaru itu, Presiden Prancis Francois Hollande mengunjungi upacara pembukaan museum pada Selasa. "Ini adalah gestur politik dalam penghormatan terhadap perdamaian," ujarnya yang ditemani oleh Pangeran Saudi, Waleed bin Talal dan presiden Azerbaijan.

"Senjata terampuh memerangi fanatisme yang diklaim semata-mata berasal dari Islam justru ditemukan dalam Islam sendiri," ujar Hollande. "Lihatlah pesan lebih indah seperti apa yang bisa ditunjukkan dari karya-karya tersebut."

Louvre membuka departemen Seni Islam pertama kali pada 2003 dibawah presiden Prancis terdahulu, Jacques Chirac yang pernah berkata ingin menyoroti kontribusi peradaban Muslim dalam budaya Barat. "Chirac yang dengan lantang menentang keras invasi AS ke Irak, dikenal getol mendorong gagasan 'dialog budaya' untuk memecah kesalahpahaman antara Dunia Barat dan Muslim.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement