REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Lokasi strategis ternyata tidak sejalan dengan meningkatnya pengunjung. Kondisi itulah yang terlihat pada Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Musem yang memiliki bangunan khas peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam itu, ternyata minim pelancong.
Hal itu diungkapkan salah seorang staf Museum SMB II, Surya, di Palembang, Jumat (21/9). Dijelaskan dia, pengunjung museum memang cenderung sepi, hanya anak-anak sekolah yang kerap datang bersama guru dan belajar sejarah Palembang. Walaupun sepi, ada juga beberapa
pelancong mancanegara yang datang. Kebanyakan pelancong berasal dari Belanda dan beberapa negara di Asia Museum tersebut, menurut dia, berisi koleksi berbagai benda peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam, seperti pakaian dan senjata khas. Selain itu, pengunjung juga dapat melihat berbagai bentuk kain khas Palembang, seperti songket, tajung dan jumputan.
Ia mengatakan, barang-barang dipajang dalam museum itu menggambarkan suasana ketika Kesultanan Palembang Darussalam masih berjaya. Lukisan dan foto yang menggambarkan perlawanan terhadap penjajahan Belanda juga dipajang dalam kaca-kaca, tersusun di museum berada di tepian Sungai Musi itu.
Abdul (45) pengunjung museum mengatakan sengaja mengajak anaknya usia sekolah dasar berkunjung ke museum itu. Kebetulan sepi jadi lebih leluasa mengajak anaknya mengenal sejarah kota "pempek" ini dalam museum itu.
Sementara itu, kondisi museum meskipun telah direnovasi bangunan utamanya, tetapi tidak menghilangkan keaslian rumah limas khas Palembang. Tetapi sayang sekali penataan museum belum menarik dan penjelasan setiap barang dipajang kurang lengkap, seperti songket hanya dijelaskan kain khas yang digunakan warga tidak dilengkapi jenis bahan dan nama motif.
Wisatawan dari Belanda, Marja de Jong yang menyempatkan berkunjung ke museum cukup kaget ketika masuk, karena diharuskan membayar retribusi Rp 20.000 per orang. "Oh, saya harus bayar lebih mahal ya," kata dia.
Walaupun sempat kaget, turis asing tersebut langsung fokus mendengarkan pemandu menjelaskan berbagai pajangan yang dilihatnya, termasuk masalah peperangan pribumi melawan Belanda.
Sementara itu masuk ke museum pengunjung lokal diwajibkan membayar retribusi sebesar Rp 1.000 sampai Rp 5.000 per orang, sedangkan wisatawan mancanegara Rp 20.000 per orang.