REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri, Jendral Timur Pradopo menyatakan delapan terduga teroris yang ditangkap di Solo, Sabtu (22/9) dinihari WIB, adalah jaringan lama. Karenanya, Timur menyatakan pihaknya terus mengembangkan kasus tersebut.
"Ini kaitan dengan masalah yang ada di Depok, yang ada di Solo, yang ada di Tambora, saya kira itu," kata Kapolri di Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta, Sabtu (22/9). (baca: Polisi Tangkap Delapan Terduga Teroris di Solo).
Dua orang yang diduga kuat aktor utama yakni RK, kelahiran Solo 2 juli 1967. Warga Makam Bergulo RT 03 RW 07 Serengan Surakarta, itu ditangkap pada pukul 24.00 WIB di depan Solo Square saat turun dari Bis Cilacap.
Terduga teroris kedua berinisial BH, kelahiran Solo, 18 Mei 1967. Ia bekerja wiraswasta dan tinggal di Griyan RT 05 RW 10 Kelurahan Panjang Kecamatan Laweyan, Surakarta. BH Ditangkap pada pukul 05.30 WIB di jalan dekat rumahnya.
RK diduga masih terkait dengan kelompok Bojong Gede, serta recruitment dan pelatihan di Poso. Saat rumahnya digeledah, ia kedapatan menyimpan tiga bom yang sudah jadi yang disiapkan untuk menyerang polisi.
Sementara BH adalah amir (ketua) kelompok tersebut. Ia juga kedapatan menyimpan bom di rumahnya. Hingga berita ini diturunkan polisi sedang berupayakan mencari bahan peledak yang mereka simpan di lain tempat.