Ahad 23 Sep 2012 14:26 WIB

Dua Kelompok Milisi Libya Bubarkan Diri

Rep: Fernan Rahadi/ Red: Dewi Mardiani
Ribuan warga Libya di Benghazi memprotes keberadaan milisi di kawasan tersebut
Foto: AP
Ribuan warga Libya di Benghazi memprotes keberadaan milisi di kawasan tersebut

REPUBLIKA.CO.ID, BENGHAZI  --  Dua kelompok milisi di Derna, Libya, The Abu Slim dan Ansar al-Sharia, membubarkan diri Ahad (23/9). Kedua kelompok tersebut bubar setelah terjadi invasi tanpa perlawanan yang dilakukan polisi, tentara, dan aktivis. Peristiwa itu terjadi sehari setelah pengusiran kelompok milisi Ansar al-Sharia di Benghazi.

"Kelompok milisi di Derna melihat apa yang terjadi tadi malam (di Benghazi). Mereka mengatakan tidak akan membunuh saudara mereka sendiri sehingga memutuskan untuk mengundurkan diri," kata Siraj Shennib, seorang profesor linguistik yang turut serta dalam invasi tersebut.

"Mereka mengatakan tidak akan menjadi militan lagi di Derna. Mereka akan pulang ke rumah dan menyerahkan urusan keamanan sepenuhnya kepada menteri dalam negeri dan tentara," tambah Shennib.

Dia mengatakan protes anti-milisi telah terjadi selama 10 hari terakhir ini. Protes tersebut semakin besar setelah terjadi sebuah pembajakan mobil tiga hari yang lalu. Para penduduk Libya telah muak melihat kelompok-kelompok tersebut menciptakan rasa tidak aman di Libya.

"orang-orang terus berdatangan karena mereka merasa (aksi para milisi) sudah mencapai batasnya. Mereka berkata: Kami sudah muak. (Invasi) itu adalah sebuah operasi yang damai. Kami senang dan menghargai apa yang dilakukan para militan yang menyelamatkan orang-orang dari konflik," kata Shennib.

Kantor berita Libya, LANA, juga telah mengutip pernyataan dua komandan kelompok milisi tersebut bahwa mereka membubarkan diri serta meninggalkan kamp-kamp mereka. Abu al-Shalali, seorang anggota kelompok milisi The Abu Slim, membenarkan bahwa terjadi konfrontasi non-kekerasan di salah satu kamp mereka. Para milisi yang awalnya tidak ingin meninggalkan markas mereka akhirnya mengalah karena tidak ingin melukai para penyerang.

Berbicara di Benghazi, kepala kongres nasional Libya Mohammed Magarief, mengatakan pasukan keamanan Libya sepakat untuk membentuk sebuah 'ruang operasi keamanan'. Ruang tersebut bertugas supaya kelompok milisi tidak menguasai pemerintah Libya.

Pemerintah Libya berjanji kepada AS untuk menangkap dalang pengeboman konsulat AS di Libya yang terjadi pekan lalu. "Itu adalah tanda yang cukup jelas dari rakyat Libya bahwa mereka tidak akan menukar tirani diktator dengan tirani massa," kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement