Ahad 23 Sep 2012 15:49 WIB

Mursi: Keterlibatan Iran Penting Pecahkan Krisis Suriah

Presiden Mesir Muhammad Mursi
Foto: Amr Abdallah Dalsh/Reuters
Presiden Mesir Muhammad Mursi

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Mohamed Mursi mengatakan Kairo perlu membangun hubungan yang kuat dengan Iran dalam rangka mencari jalan keluar untuk mengakhiri krisis di Suriah.

"Iran adalah pemain utama di wilayah yang bisa memiliki peran aktif dan mendukung dalam memecahkan masalah Suriah," kata Mursi dalam sebuah wawancara televisi, Sabtu (22/9), seperti dilaporkan Reuters.

Pada Agustus, pemimpin Mesir meminta Iran, bersama dengan Turki dan Arab Saudi, untuk bergabung dalam komite kuartet untuk membahas cara-cara untuk mengakhiri kerusuhan yang sedang berlangsung di Suriah.

Dalam sambutannya itu, Mursi menepis keinginan Barat agar meminggirkan Iran terkait solusi Suriah. Namun, sebaliknya, Mursi malah melibatkan Teheran dalam pembicaraan mengenai Suriah. Bahkan, dinilainya, Iran memiliki peranan penting.

"Saya tidak melihat kehadiran Iran dalam kuartet sebagai masalah, tetapi merupakan bagian dari pemecahan masalah," tambahnya.

Hubungan antara Iran dan Mesir memburuk setelah revolusi Islam Iran pada tahun 1979 di mana sikap Kairo di bawah Presiden Anwar Sadat yang pro-Israel dan begitu juga penggantinya Hosni Mubarak, yang digulingkan di tengah sebuah revolusi populer di Februari 2011.

Mursi, presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis, bagaimanapun, mengambil langkah besar untuk memecahkan es dan mengunjungi Teheran pada bulan lalu untuk menghadiri KTT Gerakan Non-Blok (GNB) di Teheran meskipun rekomendasi dari beberapa pemerintah Barat untuk tidak hadir.

"Kami tidak memiliki masalah yang signifikan dengan Iran, hal itu (hubungan antara Mesir dan Iran) adalah normal seperti dengan seluruh negara di dunia," katanya.

Suriah telah mengalami kerusuhan sejak Maret 2011. Damaskus mengatakan penjahat, penyabot, dan teroris bersenjata merupakan faktor pendorong di balik kerusuhan dan kekerasan mematikan sedangkan oposisi menuduh pasukan keamanan berada di balik pembunuhan.

Negara-negara Barat telah menyerukan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk mundur. Namun, Rusia dan Cina sangat menentang langkah Barat untuk menggulingkan Assad.

Pemerintah Suriah mengatakan bahwa kekacauan telah diatur dari luar negeri, dan ada laporan bahwa jumlah yang sangat besar dari para militan bersenjata adalah warga negara asing, sebagian besar dari Mesir, Aljazair, Arab Saudi, dan Afghanistan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement