REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pasukan oposisi, Tentara Pembebasan Suriah (FSA), memindahkan para pemimpin mereka untuk pertama kali dari Turki ke daerah Suriah yang kini dikuasai kelompok itu. Menurut panglima FSA, akhir pekan lalu, FSA di Turki sekitar setahun usai melawan pasukan setia terhadap Presiden Bashar al-Assad.
Kendatipun para pejuang oposisi kini menguasai daerah luas Suriah, mereka menghadapi serangan udara dan artileri dari pasukan Bashar. "Kepemimpinan FSA memasuki daerah-daerah yang dibebaskan (Suriah) setelah berhasil melaksanakan rencana bahwa FSA bekerja sama dengan batalyon-batalyon dan satuan-satuan untuk mengamankan daerah yang dibebaskan," kata Kolonel Riad al-Assad dalam satu prnyataan video, yang dilansir Reuters, Ahad (23/9).
Satu sumber gerilyawan yang dekat dengan Riad al-Assad mengatakan kolonel itu tiba di Suriah dua hari lalu. "Rencana itu menetapkan semua pemimpin FSA akan berpangkalan di Suriah secepat mungkin, baik di provinsi Idlib maupun di provinsi Aleppo," kata sumber itu dan menambahkan pemindahaan itu akan selesai dalam dua pekan.
Kelompok oposisi itu mengeluarkan pengumuman mereka sehari menjelang konferensi kelompok oposisi Suriah di ibu kota Damaskus. Pertemuan itu bertujuan membantu solusi politik bagi perang saudara itu. FSA sendiri menolak pertemuan itu dan menilainya sebagai ide komplotan Bashar untuk membodohi masyarakat internasional.
FSA adalah salah satu kelompok paling terkemuka dari sejumlah kelompok bersenjata yang berperang untuk menggulingkan Bashar. Dalam pernyataan video itu kolonel itu mengatakan prajuritnya akan berjuang bahu membahu dengan semua kelompok dan berencana akan segera menguasai Damaskus.