REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Majalah satir Charlie Hebdo mengakui ideologi yang dianutnya adalah atheis. Karenanya, majalah asal Prancis itu mengaku tidak hanya akan mengkritik Islam, tapi juga agama-agama lain.
Charlie Hebdo mengguncang dunia setelah menerbitkan kartu Nabi Muhammad SAW. Majalah itu membuat puluhan juta umat muslim dunia tersakiti dengan menghina dan menvisualkan Rasulullah SAW.
Pemimpin Redaksi Majalah Charlie Hebdo, Gerard Biard mengatakan pihaknya kembali mengangkat kartun Nabi Muhammad SAW sebagai kritik kepada Islam. Pihaknya menuding kerap membawa nama agama untuk mempengaruhi masyarakat dan politik.
"Bukan hanya Islam, agama apa pun berlaku demikian, kami pasti mengkritik. Kami media ateis," aku Biard saat diwawancarai situs dw.de, Jumat (21/9) kemarin.
Charlie Hebdo juga membantah sudah menebarkan kebencian dan provokasi. Mereka mengklaim hanya melakukan tugas jurnalistik guna mengomentari soal politik. Dan cara yang dipilih kali ini melalui kartun dan gambar Nabi.
Karenanya, Charlies Hebdo kaget ketika dinilai menghina Nabi Muhammad SAW. Biard bahkan tidak mengerti jika dua tokoh di halaman depan medianya diyakini umat muslim dunia sebagai Rasulullah SAW.
Biard berkilah itu cara gambar ala satir. "Jika kami dituduh menggambar nabi umat Islam, itu manipulasi pikiran kalian," kata Biard berkelit.
Sayangnya, meski melahirkan konflik horizontal yang luar biasa, tapi Biard mengaku pihaknya tidak akan berhenti mengangkat tema isu politik dan konflik di negara-negara Islam. Meski Biard sadar jika kebijakan medianya berisiko nyawa.
Charlie Hebdo, masih kata Biard, mempertimbangkan imbauan Pemerintah Prancis untuk mengganti sampul majalahnya. Tapi Biard mengaku belum mendapatkan waktu yang tepat.
"Kami tidak bertanggung jawab jika terjadi aksi kekerasan, tapi kami menghargai himbauan pemerintah Prancis untuk mengganti sampul," ujar Biard menegaskan.