REPUBLIKA.CO.ID, NEW SOUTH WALES - Di beberapa negara Muslim, aksi unjuk rasa menentang film anti-Islam 'Innocence of Muslims' berujung pada bentrokan dan tidak sedikit menimbulkan korban jiwa. Kondisi jauh dari aksi kekerasan tersebut justru terjadi di New South Wales dan Victoria.
Di dua negara bagian Australia tersebut, aksi unjuk rasa menentang film yang menistakan Nabi Muhammad berlangsung damai. Tak pelak, polisi di dua negara bagian itu memuji masyarakat Muslim dalam menyikapi persoalan.
Seperti dilaporkan ABC (24/9), Polisi di kota Sydney, Australia, mengaku gembira akhir pekan lalu aksi unjuk rasa berjalan tenang dan damai, setelah kerusuhan seminggu sebelumnya di pusat kota.
Sekitar 300 tambahan polisi dikerahkan di ibukota negara bagian New South Wales itu dan melakukan patroli di taman-taman, kendaraan umum dan pantai pelabuhan.
Ketua Menteri negara bagian New South Wales memuji para pemuka Muslim dan polisi karena berhasil mencegah terjadinya protes lebih lanjut. Deputi Kepala Polisi Alan Clarke mengatakan, keadaan telah kembali normal, tapi polisi masih akan terus waspada.
Disebutkan Reuters, sudah 11 pengunjuk rasa ditahan setelah kerusuhan minggu lalu, dan pengusutan masih terus berlanjut. Sementara itu kepolisian di negara bagian Victoria bersyukur protes di pusat kota Melbourne pada Ahad (23/9) kemarin bisa dikatakan tidak berarti.
Segelintir orang yang menyebut dirinya anti-multikulturalisme berkumpul di pusat kota, setelah protes terhadap film anti-Islam yang sedianya akan digelar hari itu dibatalkan.
Polisi meredakan konfrontasi antara kelompok itu dan seorang pria Muslim. Namun, aksi unjuk rasa berjalan tertib. Pihak kepolisian memuji masyarakat Islam dalam menangani situasi sekarang ini, di mana para pemuka Islam mengingat demonstrasi tidak ada gunanya, malah berpotensi menimbulkan kekerasan.