REPUBLIKA.CO.ID, Samarkand mencapai masa keemasannya di era pemerintahan Dinasti Timurid (1370 M-1506 M).
Di bawah kepemimpinan Timur Lenk, dinasti itu merebut Samarkand dari tangan Shah Sultan Muhammad, penguasa Dinasti Khawarizmia.
Saat Timur Lenk berkuasa, Samarkand menjelma menjadi kota yang berkembang pesat. Hampir separuh dari aktivitas perdagangan di Asia berputar di Kota Samarkand.
Tak hanya dalam bidang perdagangan saja, Samarkand juga maju dalam bidang seni arsitektur. Pada masa itu, Samarkand sudah memiliki monumen-monumen arsitektur yang megah.
Salah satu bangunan berarsitektur megah di kota ini adalah Masjid Bibi Khanym, atau juga dikenal dengan sebutan Bibi Xonum dalam bahasa Uzbek.
Lambang cinta sang raja
Masjid Bibi Khanym dibangun pada masa pemerintahan Timur Lenk. Pada 1399, ia memerintahkan untuk membangun masjid jami yang megah, besar, indah, dan pantas untuk ibukota pemerintahannya. Pembangunan masjid ini selesai lima tahun pada 1404.
Oleh penguasa Timurid ini, masjid yang baru dibangun tersebut diberi nama Masjid Bibi Khanym. Nama yang tersemat pada bangunan masjid ini diambil dari nama istri Timur Lenk yang berasal dari negeri Tiongkok. Sebagai lambang cintanya untuk sang permaisuri tersayang, Timur Lenk mendirikan masjid tersebut.
Pada zamannya, Masjid Bibi Khanym pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia. Yulianto Sumalyo dalam buku “Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim” menulis, masjid berukuran raksasa ini berbentuk segi empat dengan ukuran 109 x 167 meter persegi dan bagian minaret menempel pada portal (pintu gerbang utama) yang sangat besar. Ketinggian minaretnya mencapai 19 meter, sedang pintu gerbangnya setinggi 35 meter.