REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ummat islam selayaknya mengedepankan akal atas tindakan emosional, demikian menurut Duta Besar Kerajaan Arab Saudi, Mustafa bin Ibrahim Al-Mubarak, Senin malam lalu (24/9). Pernyataan ini terutama terkait isu film besutan sutradara Amerika Serikat, Innocence of Muslims, yang dinilai menghina Nabi Muhammad SAW sehingga menuai kontroversi.
"Melalui mimbar ini saya menyerukan untuk mengedepankan akal atas tindakan emosional dan logika atas tindakan intoleransi sehingga terciptalah rasa cinta, toleransi dan perdamaian," kata Mubarak dalam resepsi perayaan hari nasional Arab Saudi.
Mubarak mengakui, film tersebut melecehkan Rasulullah SAW yang telah memprovokasi perasaan ummat Islam dan menyebarkan fitnah, hasutan dan intoleransi. Namun, ia mengingatkan bahwa Raja Abdullah dan Raja Spanyol Juan Carlos berupaya mendekatkan para penganut agama samawi dan kebudayaan. Keduanya menggelar Konferensi Internasional Dialog antar Agama dan Budaya di Madrid, Spanyol, pada 2008.
"Setelah itu Kerajaan Saudi Arabia bersama Kerajaan Spanyol dan Austria meresmikan Pusat Dialog di Vienna dengan memberi nama Raja Abdullah. Upaya ini menyerukan toleransi bukan ekstrimisme dan menyerukan dialog bukan konfrontasi," kata Mubarak. Namun ia mengakui, sebagian para penganut fanatisme menolak upaya-upaya ini.