Rabu 26 Sep 2012 21:31 WIB

SBY Pimpin Panel Tingkat Tinggi Setjen PBB

sby
Foto: antara
sby

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin pertemuan pertama Panel Tingkat Tinggi Setjen PBB tentang Agenda Pembangunan Pasca-2015 bersama-sama dengan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf dan Perdana Menteri Inggris David Cameron.

Rapat dilaksanakan di New York pada Selasa (25/9) sore.

Pertemuan ini merupakan salah satu agenda utama Presiden selama kunjungannya di New York, 23-28 September 2012.

Panel yang dibentuk oleh Setjen PBB tersebut beranggotakan tokoh-tokoh dunia dari kalangan pemerintahan, bisnis maupun masyarakat sipil yang memiliki perhatian besar terhadap agenda pembangunan global, termasuk di antaranya Ratu Rania dari Yordania, mantan Presiden Jerman Horst Kohler, dan Menteri Keuangan Timor Leste Emillia Pires.

Kemudian Menlu Meksiko Patricia Espinosa, wartawati dan aktivis HAM Yaman Tawakel Karman, mantan Perdana Menteri Jepang Naoto Kan, aktivis Afrika Selatan Graca Machel, CEO Unilever Paul Polman, dan tokoh lainnya.

Panel ini dibentuk Sekjen PBB untuk menggali masukan dan rekomendasi mengenai strategi pembangunan dunia di masa datang, khususnya setelah periode Millennium Development Goals (MDGs) atau dikenal dengan Tujuan Pembangunan Millennium berakhir pada tahun 2015.

Masalah kemiskinan akan menjadi topik paling utama yang dibahas dalam pertemuan pertama Panel. Pengentasan kemiskinan dipandang sebagai common ground yang harus menjadi agenda pembangunan pasca 2015.

"Tujuan utama pembangunan masa depan adalah mengakhiri kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup rakyat," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan pertama Panel dan Konferensi Pers menyusul pertemuan tersebut.

Untuk mencapainya, Presiden menggarisbawahi pentingnya memajukan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan pemerataan.

"Pembangunan pasca-2015 hendaknya memajukan pembangunan yang berkeseimbangan (equitable development) dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan pemerataan (sustainable growth with equity)," tegas Presiden.

Pandangan senada disampaikan kedua pemimpin lainnya. Pengentasan kemiskinan dipandang harus pula diimbangi dengan promosi kesetaraan gender dan dilakukan dengan membangun kemakmuran (prosperity) dan pertumbuhan yang didasarkan pada pembangunan berkelanjutan.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement