Kamis 27 Sep 2012 19:57 WIB

Ini Dia Kiat SMK Budi Utomo Tekan Tawuran

Rep: Ira Sasmita/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Spanduk seruan kepada pelajar untuk menghentikan aksi tawuran (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Spanduk seruan kepada pelajar untuk menghentikan aksi tawuran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--SMKN 1 Boedi Utomo merupakan salah satu sekolah di Jakarta yang sempat dikenal sebagai biang tawuran antar pelajar. Namun, sejak tahun 2000-an, mulai jarang terdengar aksi tawuran atau kekerasan yang dilakukan pelajar dari sekolah yang terletak di bilangan Sawah Besar, Jakarta Pusat itu.

Kepala Bidang Kesiswaan SMKN 1 Boedi Utomo--yanglebih dikenal dengan sebutan SMK Budut--Dartono mengatakan, sebelum tahun 2000 aksi tawuran terjadi hampir setiap bulan. "Mulai berkurang sejak awal 2000-an. Lalu tahun 2004 mulai adem dan terkontrol. Sekarang malah tidak pernah terjadi lagi," ujarnya kepada Republika, di Jakarta, Kamis (27/9).

Namun, menurut Dartono, tidak menutup kemungkinan pertikaian antar pelajar yang melibatkan siswa binaannya kembali terjadi. SMK 1 Budut, ujarnya, terus mengintensifkan upaya pencegahan mulai dalam sekolah, agar celah-celah yang memungkinkan tawuran antar pelajar terjadi.

Salah satu upaya yang digiatkan adalah pengawalan siswa mulai dari kedatangan, hingga jam pulang sekolah. Pada jam kepulangan, dilakukan patroli keliling oleh pembina kesiswaan di beberapa titik.

 "Jadi kami melakukan pemetaan. Titik-titik yang biasanya digunakan siswa berkumpul. Seperti daerah Senen, Pejambon, Kemayoran, arah Gambir. Kami keliling pakai motor untuk awasi siswa. Pastikan mereka segera pulang dan tidak bergerombol," jelas dia.

Menurut pria yang mengajar di SMK Budut sejak 1995 itu, upaya itu dilakukan lantaran aksi tawuran biasanya dimulai dengan kegiatan kumpul-kumpul para pelajar. Masalah kecil yang kadang sifatnya personal, menjadi pemicu terjadinya aksi tawuran.

"Jadi karena bergerombol, ada yang bakar semangat teman-temannya. Yang lain nanti ikut-ikutan. Makanya sebisa mungkin jam pulang sekolah mereka harus langsung pulang, jangan ngumpul-ngumpul ga jelas," paparnya.

Patroli keliling, ujar Dartono, dilakukan oleh para guru secara bergantian. Setiap hari, sebanyak tiga orang guru akan berkeliling menggunakan motor. Dilengkapi dengan handy talky dan kamera.

"Jadi kami bisa berkomunikasi jika terlihat gejala-gejala kurang baik di titik yang tidak terprediksi. Karena anak-anak itu cerdik. Kalau tau diawasi di suatu tempat, mereka pindah ke tempat lainnya," ungkapnya.

SMKN 1 Budut juga menjalin kerjasama dengan kepolisian. Yang biasanya akan mengawasi tindak-tanduk siswa saat jam pulang sekolah. Di warung-warung sekitar sekolah yang biasanya dijadikan tempat berkumpul oleh para siswa.

"Polisi bisa pantau, kalau ada siswa yang bawa benda-benda yang biasanya

digunakan untuk tawuran. Biasanya kan mereka titipkan di warung-warung. Kalau di sekolah kan sering kita razia tas mereka," ungkapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement