Jumat 28 Sep 2012 10:23 WIB

Penumpang: Kapal Tenggelam Layaknya Titanic

Rep: Bilal Ramadhan/ Red: Hazliansyah
Sejumlah petugas mengevakuasi korban selamat insiden tabrakan kapal Bahuga Jaya di Dermaga II Pelabuhan Bakauheni, Lampung, Rabu (26/9).
Foto: Antara/Kristian Ali
Sejumlah petugas mengevakuasi korban selamat insiden tabrakan kapal Bahuga Jaya di Dermaga II Pelabuhan Bakauheni, Lampung, Rabu (26/9).

REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON, BANTEN -- Peristiwa tenggelamnya kapal ferry KMP Bahuga Jaya menyisakan trauma bagi para penumpang yang selamat.

Risman Sinurat (34 tahun), salah satu penumpang Bahuga Jaya yang selamat, masih ingat detik-detik tabrakan hingga tenggelamnya kapal Bahuga Jaya. Ia memperkirakan peristiwa tabrakan tersebut terjadi sekitar pukul 04.00-05.00 WIB, Rabu (26/9) lalu.

Saat itu, ia, isteri (Romauli Hutapea, 38 tahun) dan seorang anaknya akan kembali ke Lampung setelah mengunjungi saudaranya di Jakarta. Karena penyeberangannya dini hari, ia dan keluarga memilih untuk tidur-tiduran di dalam kapal.

Namun di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal langsung oleng disertai bunyi dentuman yang cukup besar. Seluruh penumpang kemudian panik melihat kapal yang ternyata ditabrak kapal lain.

Kapal semakin miring dan para penumpang berebut pelampung. Teriakan Allahu Akbar dan tangisan para penumpang kian menggema di kapal.

Setelah ia dan keluarganya memakai pelampung, mereka langsung menceburkan diri ke laut karena dua sekoci yang ada sudah penuh dengan para penumpang.

Sekitar setengah jam sejak tabrakan, ia menyaksikan kapal Bahuga Jaya posisinya semakin vertikal dan perlahan-lahan tenggelam ke dalam lautan.

"Kapal semakin miring ke bawah dan tenggelam, persis seperti Titanic," kata Risman Sinurat kepada Menteri Perhubungan, EE Mangindaan saat mengunjungi sembilan penumpang yang masih dirawat di RS Krakatau Medika, Kamis (27/9) kemarin.

Selama dua jam, ia, istri dan seorang anaknya yang masih berusia enam tahun terombang ambing di lautan. Hingga kemudian ada beberapa kapal dari Pelabuhan Merak dan Bakauheni berupaya menyelamatkan penumpang yang terdampar di laut.

Pada saat terombang-ambing di laut, ia juga sempat menyaksikan sepasang suami-istri yang tewas tenggelam. Awalnya sang suami mencoba meraih sekoci yang terlipat. Namun belum sempat diraih, pelampung yang dipakai si suami itu terlepas dan tenggelam.

"Istrinya juga ikut karena melihat suaminya tenggelam. Jadinya suami-istri itu tenggelam berdua," kisahnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement