Sabtu 29 Sep 2012 08:27 WIB

'Kebebasan Berpendapat Bukan Berarti Anarki'

Cuplikan film Innocence of Muslims.
Foto: hollywoodreporter.com
Cuplikan film Innocence of Muslims.

REPUBLIKA.CO.ID, PBB, NEW YORK -- Para pemimpin negara Muslim di PBB serentak menyatakan Barat berlindung dibalik kebebasan berbicara dan mengabaikan kepekaan kebudayaan atas meluasnya protes film anti-Islam.

Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, mengatakan sudah tiba waktunya untuk mengakhiri perlindungan bagi Islamfobia yang berkedok "kebebasan berbicara".

"Sayangnya, Islamfobia juga telah menjadi bentuk baru rasisme seperti anti-Semit. Itu tak lagi bisa ditolerir dengan kedok 'kebebasan berpendapat'. Kebebasan bukan berarti anarki," kata Davutoglu di Sidang Majelis Umum PBB, Jumat (28/9).

Presiden Mesir Mohamed Moursi, yang baru terpilih, menyuarakan sentimen serupa di dalam pidatonya pada Rabu (26/9).

"Mesir menghormati kebebasan berpendapat, kebebasan berpendapat yang tidak digunakan untuk menghasut kebencian terhadap siapa pun," katanya. "Kami mengharapkan dari pihak lain, sebagaimana mereka mengharapkan dari kami, bahwa mereka menghormati kekhususan budaya kami dan ajaran agama, dan tidak memaksakan konsep atau kebudayaan yang tak dapat diterima atas kami."

Ketika berbicara setelah Obama, Presiden Pakistan, Asif Ali Zardari menuntut penghinaan agama dijadikan tindak kejahatan.

"Masyarakat internasional tak boleh menjadi pengamat yang bungkam dan mesti melihat hal semacam itu dapat merusak perdamaian dunia dengan menyelewengkan kebebasan berpendapat," katanya.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement