REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Film dan diplomasi ternyata memiliki kaitan erat di mata sineas muda, Lola Amaria. Menurutnya, film bahkan bisa menjadi alat diplomasi terutama diplomasi kebudayaan guna lebih memperkenalkan Indonesia kepada dunia internasional.
“Indonesia memiliki modal kuat berupa beragamnya aspek kebudayaan dan tradisi yang dapat disalurkan melalui media film. Hal ini tentunya penting karena film dapat menjadi jembatan dalam mendorong upaya diplomasi kebudayaan,” kata sutradara sekaligus pemain Minggu Pagi di Victoria Park ini, dalam bincang-bincang dengan para diplomat muda di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI.
Film Minggu Pagi di Victoria Park, kata Lola, dibuat untuk menunjukkan perspektif yang berbeda dari pandangan umum masyarakat mengenai TKI. Dalam siaran pers Kemenlu, Lola mengingatkan bahwa TKI seringkali diasosiasikan sebagai pihak yang ditindas, disiksa dan dipandang sebelah mata.
Namun, Lola mengakui bahwa proses pembuatan film yang memakan waktu lebih dari dua tahun ini telah mengidentifikasi banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh para TKI baik ketika di dalam negeri ataupun di luar negeri. Permasalahan seperti pengelolaan sumber daya manusia yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia, permasalahan keluarga di daerah, dan juga fenomena sosial lainnya yang tentunya membutuhkan penanganan lebih lanjut dari pemerintah.
Menyadari potensi film dalam diplomasi, sebelumnya Kemenlu juga menggelar diskusi serupa dengan menghadirkan sutradara Riri Riza dan penulis Andrea Hirata. Sebagai diplomat yang mengagas diskusi ini, Azis Nurwahyudi yakin bahwa pameran dan festival film Indonesia di luar negeri tampaknya bisa menjadi alternatif Kemenlu dalam terobosan diplomasi budaya.