Senin 01 Oct 2012 11:13 WIB

'Pernyataan Dipo Alam 'Peringatan' untuk Golkar'

Rep: Esthi Maharani/ Red: Hazliansyah
Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam menjawab pertanyaan wartawan seusai menyerahkan rekaman rapat bailout Bank Century di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Senin (24/9). Dipo Alam mengatakan KPK lebih berhak menerima rekaman tersebut di
Foto: Antara Foto
Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam menjawab pertanyaan wartawan seusai menyerahkan rekaman rapat bailout Bank Century di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Senin (24/9). Dipo Alam mengatakan KPK lebih berhak menerima rekaman tersebut di

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Dipo Alam yang menempatkan Partai Golkar sebagai parpol tertinggi  tersandung kasus korupsi dinilai pengamat politik Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti, bukan tanpa maksud.

Ray menuturkan, hal tersebut sebagai "peringatan" agar Golkar tidak terlalu getol menyoal kasus Bankk Century.

"Sebagaimana diketahui, paska pengakuan Antazari Azhar, kasus Bank Century makin terkuak. Tanggapan langsung Presiden akan kesaksian Antasari Azhar itu, menjelaskan kegelisahan yang cukup di lingkungan istana. Sekaligus menjadikan posisi Golkar tidak nyaman di koalisi," katanya, Senin (1/10). 

Menurutnya, ada kemungkinan presiden sudah siap untuk pisah koalisi dengan Partai Golkar.

Upaya membuang Golkar dari koalisi sudah lama dilakukan. Malangnya, lanjut dia, situasi dan suasana masih selalu menguntungkan Golkar.

"Tapi dengan pertumbuhan elektabilitas Golkar yang melesat, membuat pihak istana makin sadar bahwa Partai Golkar mengambil banyak keuntungan dari posisinya yang setengah-setengah di koalisi," Ray mengatakan.

"Dia (Golkar) bebas tak sejalan dengan koalisi, pada saat yang sama juga dapat mengklaim sukses-sukses pemerintah sebagai suksesnya juga. Nampaknya istana mulai "gerah". Dan "ketegangan" mulai memasuki babak baru," demikian Ray.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement