REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Sebanyak 60 gerilyawan bersenjata tewas, Senin (1/10), oleh personel militer pemerintah di Provinsi Aleppo di Suriah utara, ajang pertempuan dalam krisis 18 bulan di negeri tersebut, demikian laporan radio pro-pemerintah --Sham FM.
Gerilyawan itu, termasuk seorang warganegara Arab Saudi yang bernama Al-Harithi dan memimpin kelompok tersebut, tewas dalam satu operasi militer Suriah di daerah As-Sukkari di Aleppo, kata laporan tersebut.
Sementara itu organisasi Observatorium bagi Hak Asasi Manusia Suriah --yang berpusat di Inggris-- menyatakan gedung dewan Aleppo dibombardir pada Senin pagi oleh petempur oposisi, sehingga membuat panik pegawai di gedung tersebut.
Tak seorang pun tewas dalam serangan itu, tapi beberapa orang dilaporkan cedera selain kerusakan materil, demikian laporan Xinhua di Jakarta, Selasa pagi.
Pertempuran di Aleppo, kota terbesar dan pusat komersial di Suriah, telah berkobar sejak Kamis (27/9), saat gerilyawan bersenjata mengumumkan dimulainya "pertempuran menentukan" dalam upaya merebut Aleppo.
Pertempuran sengit telah mulai mengancam warisan budaya di kota itu, sementara sebanyak 500 toko tua di pasar kuno dilaporkan telah musnah terbakar.
Observatorium menyebutkan jumlah korban jiwa dalam kerusuhan Senin sebanyak 156 --84 warga sipil yang tak bersenjata, 28 petempur oposisi, lima pembelot dan 39 prajurit pemerintah. Pernyataan mengenai jumlah korban semacam itu tak bisa diabsahkan secara independen.