REPUBLIKA.CO.ID, Lalu, shalat Jumat di mana umat Islam yang menetap di ibukota?
Menurut Usman, agar bisa shalat Jumat, warga Muslim di Mbabane terpaksa harus menempuh jarak 15 kilometer untuk sampai di Masjid Ezulwini.
“Bagi mereka yang tak memiliki kendaraan, cukup sulit untuk mencapai masjid itu,” kata Usman.
Apalagi jika Ramadhan datang, umat Islam agak kesulitan untuk bisa shalat tarawih berjamaah, itikaf, dan ibadah lainnya. Betapa tidak. Tak ada sarana transportasi umum menuju perkampungan Ezulwini dari ibukota pada malam hari.
Sejatinya, Masjid Ezulwini pun tak terlalu besar. Kapasitasnya hanya bisa menampung 300 jamaah di dalam dan 70 orang di luar. “Bagi kami, membangun masjid di ibu kota sudah menjadi kebutuhan yang mendesak,” kata Usman.
Masjid yang besar, lanjut dia, diperlukan untuk mendirikan shalat lima waktu, buat madrasah, serta program-program dakwah lainnya bagi umat Islam yang tinggal di lingkungan yang sangat tak Islami.
Penantian panjang umat Islam di Kota Mbabane untuk memiliki sebuah masjid tampaknya akan segera tercapai. Saat ini, umat Islam di kota itu sedang membangun sebuah masjid besar yang diberi nama Masjid-E-Yusuf. Di sekitar masjid itu, juga akan dijadikan pusat kajian Islam atau Islamic Center.
Untuk membangun masjid itu, umat Islam Kota Mbabane telah mendapatkan izin dari pihak-pihak terkait. Sebagai agama minoritas, untuk mendirikan tempat ibadah memang membutuhkan izin dari pemerintah dan masyarakat di sekitarnya. Semua perizinan itu telah dipenuhi. Semoga bangunan masjid itu segera cepat selesai.