REPUBLIKA.CO.ID, Selain itu, menurut Rooney, ada tiga tudingan lainnya yang muncul di kalangan masyarakat non-Muslim terhadap umat Islam di Swaziland.
Pertama, umat Islam mendapat tudingan akan mengganti konstitusi negara itu. Kedua, umat Islam dituding mengiming-imingimahasiswa beasiswa agar masuk Islam.
Media di sana kerap mencitrakan umat Islam sebagai musuh bagi Swaziland, papar Rooney. Pemberitaan yang bias seperti itu tentu saja sangat merugikan umat Islam.
Namun, Muslim Swaziland membuktikan bahwa mereka adalah warga negara yang baik dan turut berpartisipasi dalam pembangunan kerajaan itu.
Baru-baru ini, masalah makanan halal pun mendapat protes dari penganut agama lain. Ketika sebuah perusahaan makanan siap saji yang berasal dari Amerika Serikat (AS), KFC mengumumkan daging ayam crispy yang dijualnya halal dan bisa dikonsumsi konsumen Muslim, umat Kristen di negeri itu sempat melakukan protes.
Hal itu berawal dari ketidakpahaman terhadap arti halal. Umat non-Islam menuding sertifikasi halal terhadap produk daging goreng itu sebagai dedikasi terhadap keyakinan Islam. Tokoh Islam Swaziland pun mencoba meluruskan kesalahpahaman itu.
“Ketika sesuatu dihalalkan, menurut agama islam, barang itu bersih dan boleh dikonsumsi siapa pun,” papar Imam Ezulwini Islamic Centre.
Sertifikasi halal produk KFC itu lahir karena sejak dua tahun lalu Otoritas Halal Swaziland atau Swaziland Halaal Authority (SHA) menyatakan umat Islam akan membeli ayam goreng apabila produk itu benar-benar halal.
Permintaan itu pun dikabulkan dan perusahaan makanan siap saji itu menjamin produknya benar-benar halal karena ayamnya disembelih secara Islami.