Selasa 02 Oct 2012 21:05 WIB

Suriah Kembali Diperingatkan Soal Senjata Kimia

Rep: Devi Anggraini Oktavika/ Red: Dewi Mardiani
Menteri Luar Negeri Iran, Ali Akbar Salehi.
Foto: Press TV
Menteri Luar Negeri Iran, Ali Akbar Salehi.

REPUBLIKA.CO.ID, IRAN -- PBB dan NATO, kemarin kemarin menambahkan suara mereka untuk memperingatkan Suriah soal penggunaan senjata kimia dalam peperangannya melawan pemberontak anti-pemerintah. Peringatan itu dilakukan mengikuti bertambahnya angka kematian di seluruh penjuru negara.

Menteri Luar Negeri Iran, Ali Akbar Salehi, mengatakan di New York, Iran tidak bisa mendukung negara manapun yang menggunakan senjata tersebut. Ia menyebut keputusan penggunaan senjata kimia sebagai situasi yang akan mengakhiri segalanya.

"Itu adalah akhir dari validitas, kelayakan, legalitas, atau apapun Andamenyebutnya, dari suatu negara," katanya dalam pidato di hadapan Dewan Hubungan Luar Negeri, seperti dikutip Al Arabiya.

Iran pernah memikul dampak penggunaan senjata kimia Irak selama peperangan negara 1980-1988, dan mengatakan pihaknya menentang penggunaan senjata tersebut. Namun, negara-negara Barat sejauh ini tetap menuduh negara Ahmadinejad itu membangun nuklir pemusnah massal.

Sekjen PBB Ban Ki-Moon juga memperingatkan Suriah sekali lagi untuk tidak menggunakan senjata kimia. Ban mengatakan, serangan dengan senjata tersebut akan membawa konsekuensi mengerikan. "Saya pernah menekankan tanggung jawab mendasar pemerintah Suriah untuk menjamin keselamatan dan keamanan setiap cadangan senjatanya itu," katanya pada pertemuan yang memperingati ulang tahun ke-15 Konvensi Senjata Kimia di sela Majelis Umum PBB, kemarin.

"Saya telah menyatakan keprihatinan atas pernyataan yang dibuat wakil-wakil pemerintah Suriah mengenai keberadaan senjata kimia dan kemungkinan penggunaannya," katanya.

Ban mencatat, Suriah dan tujuh negara lainnya belum menandatangani konvensi tersebut. Menurut para aktivis, sebanyak 175 orang dilaporkan tewas akibat tembakan pasukan Suriah di negara tersebut, terutama di Damaskus, Aleppo, dan Idlib. Militer Suriah mengatakan belum pernah menggunakan senjata kimia melawan pemberontakan di negara tersebut.

Sementara Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta, mengatakan rezim Suriah menggunakannya baru-baru ini untuk membantu mereka tetap aman.

Merespon peringatan yang ditujukan pada negaranya, Menlu Suriah Walid Muallem dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi al-Mayadeen menuduh AS mencari dalih untuk menyerang negaranya. "Ini adalah mitos yang mereka ciptakanuntuk melancarkan kampanye melawan Suriah, seperti yang mereka lakukan di Irak," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement