REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan menarik seluruh pasukannya dari Afganistan lebih cepat dari yang direncanakan. NATO merencanakan akan mempelajari rencana tersebut dalam waktu tiga bulan, dari semula yang direncankan pada 2015.
Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, mengakui tekanan strategi Green on Blue, telah memicu kecemasan banyak pasukan sekutu yang berada di zona perang itu. Kata dia, strategi serangan secara acak yang dilakukan tentara Taliban berhasil melemahkan semangat prajuritnya.
"Dari saat ini sampai nanti (2014) anda dapat mengatakan, kami dapat beradaptasi. Jika situasi keamanan memungkinkan, saya tidak akan mengesampingkan kemungkinan bahwa di daerah tertentu dapat mempercepat proses (penarikan),'' ujar Anders, seperti dilansir The Guardian, Selasa (2/10).
Anders menjelaskan penarikan pasukan tetap dilakukan dengan pola yang bertahap. Saat ini tidak kurang dari 120 ribu jumlah pasukan internasional yang masih bercokol di zona tersebut. Penarikan juga dengan mempertimbangkan rekomendasi yang diusulkan oleh Komandan Angkatan Perang AS di Afganistan, Jenderal John Allen dalam laporan operasi perang pada penghujung tahun ini.
Menurut dia, rencana percepatan penarikan pasukan ini, tidak juga dikatakan sebagai perlombaan untuk segera angkat kaki dari Afganistan. Sebab persoalan keamanan bagi masyarakat dan situasi politik di Afganistan juga menjadi pertimbangan tersendiri.
Kata dia, adalah tanggung jawab NATO untuk membentuk dan melatih personil keamanan lokal, dan pasukan tempur khusus bagi Afganistan. "Jalannya akan sangat tergantung pada situasi keamanan di lapangan," kata mantan perdana menteri Denmark ini.