Ahad 07 Oct 2012 22:16 WIB

Warga Jogja Ikrarkan Jogja Istimewa

Red: Taufik Rachman
Sejumlah peserta meramaikan acara Jogja Java Carnival di sepanjang jalan Malioboro, Sabtu malam (25/10). Jogja Java Carnival dalam rangka memperingati hari jadi kota Yogyakarta ke-252.
Foto: Antara Foto
Sejumlah peserta meramaikan acara Jogja Java Carnival di sepanjang jalan Malioboro, Sabtu malam (25/10). Jogja Java Carnival dalam rangka memperingati hari jadi kota Yogyakarta ke-252.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ribuan warga Yogyakarta yang mengikuti kegiatan upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-256 Kota Yogyakarta bersama-sama berikrar mewujudkan "Jogja Istimewa" dengan berlandaskan pada filosofi "Segoro Amarto".

Ikrar tersebut dibacakan secara langsung oleh Ketua Karang Taruna Kota Yogyakarta Haryawan Emir Nuswantoro dan Ketua Asosiasi LPMK Bahrun Nawawi dengan menggunakan Bahasa Jawa, yang terbagi dalam dua poin.

Pertama adalah, warga Kota Yogyakarta berkomitmen menggunakan filosofi "Segoro Amarto" (semangat gotong royong agawe majune Ngayogyakarta) yang terdiri dari empat pilar yaitu kemandirian, kedisiplinan, kepedulian dan kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, warga Kota Yogyakarta akan menjadikan Segoro Amarta sebagai modal sosial untuk mewujudkan Jogja Istimewa.

Pembacaan ikrar itu diiringi oleh dua ekor Gajah Sumatera koleksi Kebun Binatang Gembira Loka.

Kegiatan upacara tersebut diawali dengan defile bregada kampung wisata, yaitu Bregada Diposatrio dari Kampung Dipowinatan diikuti Pasembaja dari Cokrodiningratan, Reog Panji dari Tahunan, diikuti bregada dari kecamatan dan kelurahan di Kota Yogyakarta.

Tidak ketinggalan, peserta dari Ikatan Pelajar Mahasiswa Daerah, dan kesenian Barongsai juga ambil bagian dalam prosesi upacara tersebut.

Dalam upacara tersebut, pusaka milik Pemerintah Kota Yogyakarta yaitu tombak Kyai Wijoyo Mukti juga diarak.

Upacara tersebut digelar dalam nuansa tradisional Yogyakarta karena seluruh peserta upacara harus mengenakan pakaian khas Yogyakarta yaitu surjan untuk laki-laki dan kebaya untuk perempuan.

Pada upacara tersebut, seluruh aba-aba dalam upacara juga disampaikan dalam Bahasa Jawa.

Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti dalam upacara tersebut membacakan sejarah terbentuknya Kota Yogyakarta 256 tahun lalu.

"Peringatan hari ulang tahun ini juga menjadi cambuk semangat bagi seluruh jajaran pemerintahan untuk bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada masyarakat," katanya.

Haryadi kemudian mengajak seluruh masyarakat untuk menerapkan empat pilar Segoro Amarta yaitu kemandirian, kedisiplinan, kepedulian dan kebersamaan untuk menuju Yogyakarta yang mengayomi, nyaman, tentram dan makmur dengan tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai perwujudan Yogyakarta yang istimewa.

Sedangkan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan, peringatan ulang tahun Yogyakarta memiliki relevansi dengan filosofi pendirian Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Hamemayu Hayuning Bawana yang artinya kewajiban melindungi, memelihara dan membangun keselamatan dunia.

"Terlebih kini sudah ada gerakan Segoro Amarto. Semangat disiplin, kemandirian dan gotong royong diharapkan bisa mengantarkan warga ke gerbang kehidupan yang lebih baik," katanya.

Setelah dua tahun diluncurkan di tiga kelurahan dengan dukungan anggaran provinsi dan Kota Yogyakarta, ketiganya sudah bisa bergerak dengan kekuatan sendiri.

"Dengan peringatan hari ulang tahun ini, pemerintah diharapkan bisa memberikan kehidupan yang bersih, tertib, aman dan kehidupan yang lebih baik untuk warganya," kata Sultan.

Selain upacara di Balai Kota Yogyakarta, upacara peringatan hari ulang tahun Yogyakarta juga akan dilakukan di sekolah-sekolah mulai SD hingga SMA pada Senin (8/10) juga dengan menggunakan tata upacara bebahasa Jawa dan busana Jawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement