REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Jawa Barat menempati tempat kedua tertinggi sebagai wilayah peredaran uang rupiah palsu. Dan Kota Bandung menjadi salah satu tempat rawan peredaran uang palsu.
Menurut Kepala Departemen Pengedaran Uang Bank Indonesia, Gatot Sugiono, rawannya peredaran uang palsu di Bandung karena daerah tersebut sebagai salah satu tujuan wisata dan perdagangan sehingga banyaknya transaksi uang tunai yang dilakukan.
"Pemalsuan uang rupiah di Jawa Barat harus dikendalikan, karena jika tidak maka tingkat kepercayaan penggunaan uang rupiah oleh wisatawan baik domestik maupun asing dan juga pelaku ekonomi dikhawatirkan akan berkurang," ujarnya Kamis (11/10).
Dampak dari ketidakpercayaan mereka berakibat pada terganggunya transaksi-transaksi tunai yang menggunakan uang rupiah.
Untuk menghadapi tantangan risiko uang palsu, pihak BI akan mengupayakan berbagai pencegahan dengan mengganti desain rupiah secara berkala menggunakan teknologi pengaman uang yang terbaru.
Bank Indonesia juga mengupayakan melalui penayangan iklan layanan masyarakat dengan tema 3D yaitu dilihat, diraba, dan diterawang. "Sosialisasi di media sangat penting baik di televisi, radio, maupun surat kabar. Begitu juga dengan kegiatan tatap muka dengan masyarakat untuk memberikan pengetahuan keaslian uang rupiah," jelas Gatot.
Selain itu, upaya yang tak kalah penting adalah kerjasama antara instansi-instansi baik dengan Badan Intelejen Negara, Kepolisian RI, Kejaksaan Agung dan Kementerian Keuangan. "Kami juga membangun pusat database uang rupiah palsu yang dinamakan Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center atau BI-CAC," papar Gatot.