REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Para penjual daging di pasar-pasar tradisional Kota Semarang, Jawa Tengah, mengalami kerugian. Padahal harga beli sapi potong yang diperoleh pedagang jelang hari raya Idul Adha pada Oktober 2012 meningkat hampir 100 persen.
Pedagang daging di Pasar Tradisional Bulu, Semarang Selatan, Kolish (42) mengatakan, tidak bisa menaikan harga lantaran belum ada kesepakatan dari pedagang yang lain. Sehingga, sampai saat ini, ia hanya bisa mengurangi nilai keuntungan dari penjualanya.
"Kalau harga daging sapi kami naikkan, maka permintaan masyarakat akan semakin berkurang," kata Kolish pada Republika, Kamis (11/10).
Pedagang lainya, Nur mengatakan, kenaikan harga sapi potong bisa mencapai 100 persen. Dia menyebutkan, bila awalnya harga sapi hanya Rp 5 juta per ekor, kini meningkat jadi Rp 10 juta.
Menurut Nur, jelang hari raya qurban, harga daging memang cenderung fluktuatif. Sehingga pedagang daging harus pintar mencari celah keuntungan.
Menurut pantauan Republika, tingkat permintaan daging memang sedang mengalami penurunan. Beberapa lapak pedagang daging di pasar itu terlihat sepi. Mereka tidak melakukan aktifitas jual beli dengan para konsumen.
Sebagian besar penjual mengaku tidak berani membawa stok daging lebih dari 1 kwintal. "Kalau beli beli di rumah potong hewan ternak, harganya sulit bersaing, jadi lebih baik potong sendiri," kata Kolish.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kota Semarang Ulfi Imran mengatakan, kondisi harga daging saat ini memang sangat dipengaruhi oleh permintaan masyarakat. Namun dia menyatakan, harga yang di pasar saat ini masih tergolong normal. "September kemarin harga daging sebesar Rp 65 ribu, kini naik sekitar Rp 70 ribuan," katanya.