REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dilihat dari sejarahnya, penistaan kepada Nabi Muhammad SAW sudah terjadi sejak dulu. Demikian yang dilontarkan Guru Besar Sejarah Universitas Padjajaran yang juga sejarawan, Prof Dr Ahmad Mansyur Suryanegara.
"Bila umat Islam bicara tentang kekuasaan politik maka untuk menghentikannya, penghinaan Nabi diangkat. Seperti saat Syarikat Islam mengadakan kongres tahun 1916, pada tahun 1918 munculah Majalah Jawa Hisworo yang menghina Nabi," ujar penulis buku 'Api Sejarah' ini.
Menurut Ahmad, penghinaan ataupun penistaan terhadap Nabi Muhammad dikarenakan kekhawatiran yang salah alamat. "Kemajuan Islam dikhawatirkan akan mematikan bangsa atau budaya lain. Padahal Islam bisa bekerjasama," tukas Ahmad.
Ahmad mengatakan umat Islam tidak perlu memperdulikan penghinaan dan penistaan tersebut dengan anarkis. Menurutnya hal tersebut merugikan umat Islam.
"Bukan dengan tindakan anarkis melawannya tapi dengan seminar. Decounter information dengan banyak seminar adalah satu kegiatan menghindarkan masyarakat terpancing atau terprovokoasi," ujar Ahmad.