REPUBLIKA.CO.ID, LAHORE – Lebih dari 50 ulama dari Sunni Ittehad Council (SIC) di Pakistan mengeluarkan fatwa bahwa serangan terhadap Malala Yousafzai tidak Islami dan bertentangan dengan syariah. Hal ini dilaporkan laman Pakistan, The News, Kamis (11/10).
Malala Yousafzai adalah gadis berusia 14 tahun yang ditembak Taliban Pakistan pada Selasa lalu. Remaja tanggung ini dikenal sebagai aktivis hak mendapat pendidikan bagi wanita –suatu hal yang dinilai menentang kubu Taliban di Pakistan.
Menurut para ulama tadi, serangan tersebut menunjukkan bahwa penafsiran para pelaku terhadap ajaran Islam bertentangan dengan Islam dan syariah. Pemahaman pelaku, kata mereka, karena ketidaktahuan mereka dan tidak melek hurup.
Lebih jauh, fatwa SIC juga menegaskan bahwa Islam tidak menentang hak wanita untuk memperoleh pendidikan. Islam, kata mereka, bahkan mewajibkan pria dan wanita memperoleh pengetahuan agama sekaligus ilmu pengetahuan.
Rabu lalu, proyektil peluru sudah diangkat dari kepala Malala. Pada Kamis ia diangkut lewat udara untuk dipindahkan perawatannya ke Armed Forces Institute of Cardiology di Rawalpindi.
Pemerintah Pakistan menyediakan ambulans udara yang terus siaga di dekat Malala, jika ia perlu segera diterbangkan ke luar negeri jika diperlukan. Sementara paspor pun sudah dipersiapkan untuk berjaga-jaga.
Si cilik yang jadi pahlawan
Malala memang istimewa. Ia giat mempromosikan pendidikan untuk anak perempuan wanita mulai usia 11 tahun. Keberaniannya dinilai luar biasa, meski hal itu berarti bertentangan dengan kubu Taliban yang berada di wilayah Swat Valley, Pakistan.
Pandangan Malala mungkin dipengaruhi sang ayah, Ziauddin Yousufzai, yang mengelola sekolah khusus perempuan. Sang ayah mengakui bahwa ancaman terhadap Malala sudah mengintai beberapa tahun terakhir. Namun, ia yakin bahwa perjuangan Malala untuk masyarakat akan menjadi tameng pelindung terbaik untuknya.
Kecaman atas serangan terhadap Malala juga datang dari Presiden Pakistan Asif Ali Zardari dan Perdana Menteri Raja Pervez Ashraf. Dari luar negeri, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton pun menyuarakan kegeramannya pada insiden ini.
Sementara melalui juru bicaranya, Sekjen PBB Ban Ki-moon, mengecam serangan tersebut. “Seperti warga Pakistan dan lainnya, beliau (Ban –Red) merasa marah atas serangan ini,” kata sang juru bicara, Martin Nesirky, Rabu lalu. “Untuk menunjukkan dukungannya, beliau menulis surat yang ditujukan kepada keluarga Malala Yousufzai.”