REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Anggaran DPRRI menyoroti kebijakan utang pemerintah yang lebih memilih mengambil utang dalam negeri. Padahal, ketua Banggar, Ahmadi Noor Supit, mengungkapkan bunga utang dalam negeri jauh lebih tinggi ketimbang bunga utang luar negeri.
"Pemerintah tidak dilarang berutang. Tapi dia pilih jor-joran utang dalam negeri padahal bunganya lebih tinggi," ujar Supit saat berdialog dengan LSM-LSM pemantau anggaran di komplek parlemen, senayan, Jakarta, Jumat (12/10). Seharusnya, tutur Supit, pemerintah lebih pintar mengelola utang dengan melihat imbal hasil di pasar modal agar tidak menggerus lagi APBN.
Dari Januari hingga Juni 2012, Pemerintah telah menerbitkan Surat Berharga Negara (bruto) sebesar Rp176,6 triliun yang terdiri dari penerbitan di pasar domestik sebesar Rp137,5 triliun dan luar negeri sebesar USD4,3 miliar atau ekuivalen dengan Rp39,1 triliun.
Sementara realisasi pembayaran pokok jatuh tempo dan buyback telah mencapai sebesar Rp59,0 triliun, sehingga secara neto penerbitan SBN telah mencapai Rp117,6 triliun atau 73,7 persen dari target penerbitan neto di tahun 2012.
Ada pun yield tercatat yang paling rendah selama penerbitan SBN valas seri 10 tahun dan 30 tahun yang mencapai masing-masing 3,9 persen dan 5,4 persen. Sementara, yield atau bunga obligasi domestik untuk tenor tenor 5 dan 10 tahun mencapai masing-masing sebesar 5,2 persen dan 5,6 persen.
Sementara, yield atau bunga obligasi domestik untuk tenor tenor 5 dan 10 tahun mencapai masing-masing sebesar 5,2 persen dan 5,6 persen.