Jumat 12 Oct 2012 12:14 WIB

Turki Dinilai Ambil Risiko Besar Tahan Pesawat Suriah

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Militer Turki menggelar latihan dekat perbatasan Suriah.
Foto: AFP
Militer Turki menggelar latihan dekat perbatasan Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menyusul insiden pesawat Suriah yang ditahan oleh pemerintah Turki, pengamat menilai akan berdampak besar pada hubungan Turki-Rusia. Mengingat pesawat yang singgah di Ankara tersebut dikirim dari Moscow menuju Damaskus.

Analis Turki, Sinan Ulgen menuturkan, Turki mengambil resiko tinggi dengan menahan pesawat Suriah. Dengannya, konflik Turki-Suriah dapat meluas ke negara lain. "Langkah tersebut sangat beresiko. Turki telah mengintervensi unilateral Suriah," ujarnya seperti dilansir Aljazirah

Ulgen mengatakan, resiko tersebut berdampak pada pasokan energi Turki. Pasalnya, negara di dua benua tersebut sangat bergantung pada Rusia dalam memenuhi kebutuhan energi. "Turki sangat bergantung pada Rusia baik sebagai pemasok kebutuhan energi maupun sebagai penghubung pasokan energi dari Eropa," ujarnya.

Tak hanya Rusia, Iran yang merupakan sekutu Suriah dapat pula merasa terintervensi. Ulgen mengatakan, 80 persen pasokan energi Turki berasal dari Rusia dan Iran. Belum lagi baik Rusia maupun Iran bersimpati besar pada Partai Pekerja Kurdi (PKK) yang sempat melakukan pemberontakan di Turki Tenggara beberapa bulan terakhir. Melalui PKK, keduanya dapat menyerang Turki.

"Kami mendapatkan 80 persen gas alam dari Iran dan Rusia. Belum lagi kartu PKK dapat digunakan oleh Iran melawan Turki. Sehingga Turki beresiko terlibat dalam operasi yang sangat besar," kata Ulgen.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu yakin insiden pesawat tak akan mengganggu hubungan Turki-Rusia. Penjagaan Turki terhadap warga sipil Suriah atas rezim Bashar Al-Assad menjadi alasan penahanan pesawat tersebut. "Kami tegas mengontrol pasokan senjata kepada rezim yang membunuh warga sipil. Atas tujuan tersebut, kami menggunakan otoritas penggunaan wilayah udara kami," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement