REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Angka kebutaan di dunia semakin meningkat. Menurut Manager Syamsi Dhuha Foundation, dr.Shiane Hanako, angka kebutaan dari 1,2 persen pada tahun 1982 menjadi 1,5 persen atau sekitar 3,5 juta pada tahun 1996.
"Salah satu penyebab terbanyak adalah katarak, dimana didapatkan angka kejadian katarak baru sebanyak satu permil dari populasi penduduk. Padahal, lebih dari 90 persen penderita kataral dapat diobati dengan cara operasi " kata Shiane saat peringatan Hari Penglihatan Sedunia di Universitas Padjajaran, Bandung, Jumat (12/10).
Maka, kata Shiane, menjadi tugas dari seluruh pihak terkait baik dari masyarakat awam, tenaga medis, pemerintah pusat maupun daerah untuk meningkatkan kepedulian, penjaringan khusus, sampai kepada penanganan medis kebutaan.
Sementara itu, dokter pemerhati Low Vision (Lovi), Ine Ranata Musa menjelaskan, selama ini masyarakat hanya mengenal istilah tunanetra (blind). Padahal, blind itu terdiri dari Low Vision dan Totally Blind. Adapun jumlah penyandang Lovi di seluruh dunia mencapai 246 juta orang.
Jumlah ini, katanya, jauh lebih besar dari jumlah penyandang TB sebanyak 39 juta orang. Sementara sekitar 90 persen dari tunanetra hidup di negara-negara berkembang.
"Lovi adalah gangguan penglihatan dan lapang pandang menetap setelah melalui tindakan pengobatan atau operasi yang maksimal,"jelas Ine.
Selain itu, evaluasi bagi lovi diperlukan untuk menentukan alat bantu yang dibutuhkan berupa alat bantu optik seperti kaca pembesar, teropong dan CCTV. Adapun alat bantu non optik seperti buku berhuruf besar, buku bergaris tebal dan buku bersuara.
"Tahap lain dari rehabilitasi adalah pelatihan orientasi dan mobilitas, stimulasi dini dan pelatihan untuk melakukan kegiatan sehari-hari agar penyandangnya dapat mandiri dalam beraktivitas sehari-hari,"jelasnya.