REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Menteri Luar Negeri (Menlu) Jepang Jumat berjanji melanjutkan dialog dengan China atas sengketa teritorial yang memanas, namun memperingatkan ada batasan mengenai seberapa jauh Tokyo akan bisa berkompromi.
Koichiro Gemba menyambut pertemuan para pejabat senior Jepang dan kementerian luar negeri China di Tokyo pada Kamis, di mana keduanya menyepakati pertemuan tingkat wakil menteri harus diadakan.
"Baik Jepang maupun China perlu berpikir dengan tenang tentang apa yang harus dilakukan ... bahkan jika pihaknya perlu beberapa waktu," kata Gemba kepada wartawan.
"Saya menganggap pertemuan Kamis sebagai bagian dari prakarsa. Kami terus berkomunikasi."
Tetapi Gemba menambahkan: "Ini tidak mudah. Yang penting adalah bahwa kita tidak bisa memberikan lebih dari apa yang kita tidak bisa memberikan lebih."
Ke dua ekonomi terbesar Asia berselisih atas kedaulatan pulau yang tak berpenghuni, namun mungkin gugusan kepulauan yang kaya sumber daya di Laut China Timur.
Ditanya kapan rencana pertemuan tingkat wakil menteri akan diselenggarakan, Gemba mengatakan hal-hal itu sedang disusun, tetapi menambahkan: "Ini akan berlangsung, itu pasti".
Gemba mengatakan bahwa pada lawatan mendatang ke negara-negara Eropa dia akan mendorong kasus Tokyo dengan para mitra internasional.
"Hubungan antara Jepang dan China memiliki dampak yang sangat besar pada tidak hanya perdamaian dan keamanan di Asia Timur, tetapi juga ekonomi global," kata Gemba, yang akan mengunjungi Inggris, Prancis dan Jerman dari 15-20 Oktober.
"Sebagai masalah tentu saja, saya harus menjelaskan tentang posisi negara kita" atas sengketa, kata Gemba.