REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Kelompok pemberontak Muslim terbesar di Filipina, Front Perlawanan Muslim Moro (MILF), akhirnya menandatangani kesepakatan damai dengan pemerintah Filipina, Senin (15/10). Kesepakatan tersebut mengakhiri pemberontakan yang terjadi selama empat dekade yang mengakibatkan 150 ribu orang tewas.
Penandatanganan yang dilakukan para negosiator dari kedua pihak tersebut dilakukan di Istana Malacanang dan disaksikan langsung oleh Presiden Filipina, Benigno Aquino, Ketua MILF, Murad Ebrahim, dan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak.
Seperti dilansir Channel News Asia, Ebrahim menjadi pemimpin MILF pertama yang mengunjungi istana kepresidenan Filipina tersebut. Kesepakatan tersebut disambut oleh PBB, Amerika Serikat, dan negara-negara tetangga di ASEAN termasuk Indonesia.
Kesepakatan tersebut mencakup rencana pembentukan daerah semi-otonom bagi 12 ribu Muslim Moro di Pulau Minadanao. Wilayah ini diklaim oleh pihak MILF sebagai tanah nenek moyang mereka.
Aquino mengatakan, perbedaan pendapat yang selama ini mengganjal proses perdamaian telah berhasil diatasi. Kedua pihak berkomitmen untuk menyelesaikan perjanjian damai sebelum masa pemerintahan Aquino berakhir pada pertengahan 2016 mendatang.