REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat masa kampanye, Joko Widodo dan Basuki T Purnama menyatakan teleponnya bakal aktif selama 24 jam dan siap mengangkat dan mendengar keluhan warganya. Nyatanya, pascaresmi menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Jokowi dan Ahok sulit dihubungi.
Salah satu warga yang kecele adalah Didi, warga yang tinggal di bantaran rel kereta api Tanah Abang. Pria 21 tahun itu kecewa saat teleponnya tidak diangkat Jokowi. Padahal Didi mengaku antusias menyambut perubahan yang dijanjikan Jokowi.
Kepada ROL, pria yang berprofesi sebagai tukang ojek itu ingin curhat soal rencana penggusuran yang dilakukan PT KAI terhadap rumah-rumah di bantaran rel. "Saya kan juga manusia yang punya hak," sebutnya.
Didi mengaku hanya ingin mengajukan pertanyaan, bagaimana nasib dirinya dan keluarganya jika rumah yang selama ini ia tempati digusur. Sayang seribu sayang, usaha Didi untuk kali kedua menelepon Jokowi kembali gagal. "Gak diangkat mba," ujar Didi saat berbincang dengan ROL.
Kendati kecewa, Didi mengaku maklum. Menurutnya wajar jika sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta, Jokowi disibukan banyak kegiatan. Apalagi ia mendengar hari ini mantan Wali Kota Solo itu akan mengelilingi tiga kampung kumuh di Pademangan, Tanah Tinggi, dan Bukit Duri.
Jokowi juga dijadwalkan bertemu Menteri BUMN, Dahlan Iskan di lantai 19, Kantor Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, sekira pukul 17.00 WIB.
Kekecewaan senada datang dari warga Kali Deres, Arifin. Ia juga harus gigit jari karena teleponnya dicuekin Jokowi. Namun, ia sedikit lega ketika teleponnya kepada Ahok tersambung dan diangkat. Sayangnya, yang mengangkat bukan Ahok langsung, melainkan ajudannya.
Pria 45 tahun itu mengaku, sang ajudan akan menyampaikan pesannya kepada Ahok. Dalam telepon singkat tersebut Arifin mengaku meminta Ahok menjadi pemimpin yang bijaksana dan memperhatikan rakyat.
"Memang susah-susah gampang berbicara dengan pejabat,” ujar Arifin kepada ROL.
Ia pun mempertanyakan realisasi kepemimpinan keduanya. Sebab, ia menilai cara diplomasi Jokowi-Ahok memang bagus, tapi perlu dibuktikan di lapangan. “Gampang bilang ya,” katanya.