REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris akan menutup konsulatnya di kota Basra, Irak selatan sebagai bagian dari tindakan penghematan pemerintah, kata Menteri Luar Negeri William Hague Senin (16/10) waktu setempat.
Meski begitu kantor kementerian luar negeri akan mempratahankan satu kantor di Basra, yang berada dibawah komando Inggris setelah invasi atas Irak tahun 2003, tetapi tidak akan ada staf permanen, kata Hague.
Para diplomat dan pejabat perdagangan dapat diterbangkan dari Baghdad bila diperlukan, kata dia.
Para pemimpin bisnis yang memiliki investasi di daerah itu mengecam keputusan itu ditengah-tengah kekhawatiran perusahaan Cina sainganya akan mendapat tempat berpijak di Basra, kota pelabuhan selatan Irak dan satu daerah minyak strategis.
Dengan penutupan itu akan menghemat 10,4 juta dolar AS setahun biaya konsulat yang akan diguakan bagi rencana membuat 11 kedubes baru Inggris dan delapan konsulat baru di negara-negara berkembang pada tahun 2015, kata Hague.
Rencana lebih luas itu diumumkan untuk pertama kali tahun lalu sebagai bagian dari peninjauanan kembali pegeluaran pemerintah Inggris sementara London akan mengurangi defisit, kendatipun keputusan menyangkut Basra itu adalah baru.
Dewan Bisnis Irak-Inggris, satu badan perdagangan, mengecam tindakan itu.
"Kehadiran bisnis Inggris yang menurun di Basra adalah sangat kritis," kata ketua eksekutif Emma Nicholson kepada stasiun radio BBC.
"Saya mengharapkan ini adalah satu tindakan kesamping dan bukan satu langkah kebelakang. Saya sangat mengharapkan penghematan Kementerian Luar Negeri, yang saya kira seharusnya tidak dilakukan dan tidak diberlakukan terhadap Basra."
Dewan itu mengatakan pihaknya membuka satu kantor baru di Basra Juli.