REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Human Right Watch (HRW) menuduh militer Libya melakukan kejahatan kemanusian. Organisasi hak asasi internasional tersebut mengatakan 67 tentara loyalis Muammar Ghadafi tewas setelah mengalami penyiksaan.
Laporan berjudul “Death of a Dictator: Bloody Vengeance in Sirte,” menarasikan pelarian Ghadafi saat pemberontak berhasil menggulingkannya. Laporan kali ini berdasarkan video-video berdurasi singkat yang dipublikasikan oleh milisi yang saat ini menguasai Libya.
Kelompok ini mengatakan telah terjadi kebohongan terkait dengan tewasnya Ghadafi, dan putranya Mutassim Ghadafi. Video yang ditampilkan pemerintah saat peperangan membuktikan hal tersebut.
Dikatakan dalam laporan, berdasarkan kesaksian dan bukti, terungkap kematian Ghadafi adalah sengaja dibunuh. Begitu juga yang terjadi terhadap anaknya, dan para 66 tentara pengawalnya. Itu terungkap dalam video-video yang berhasil dikumpulkan oleh tim peneliti.
Video tersebut adalah hasil rekaman kelompok pemberontak yang mengabadikan berbagi adegan peperangan saat penggulingan. "Kami meyelidiki kasus demi kasus, dan riwayat individu yang ditahan oleh kelompok oposisi (militer anti Ghadafi). Dan menemukan hari kematian mereka," kata Direktur Keadaan Darurat HRW, Peter Bouckaert, seperti dilansir the Guardian, Rabu (17/10).
Peter menjelaskan peneliti HRW berada di dekat konvoi saat terlibat dalam pertempuran terakhir dengan pasukan oposisi. Setelah pertempuran, tim mengunjungi situs dan menemukan lebih dari Bamseratus mayat, sebagian di antaranya tewas saat pertempuran.
Dua hari kemudian, tim kembali menemukan 53 mayat di Hotel Mahari, beberapa dengan tangan mereka masih terikat di belakang punggung mereka. Relawan pekerja di tempat kejadian mengatakan kepada tim bahwa diantara yang tewas adalah kerabat mereka.