Sabtu 20 Oct 2012 08:00 WIB

Akhir Cerita Majalah Newsweek (I)

Rep: Bambang Noroyono/ Red: M Irwan Ariefyanto
ma
Foto: mydailytimes
ma

REPUBLIKA.CO.ID,Siapa sebenarnya yang membunuh Newsweek, majalah berusia 80 tahun, yang akan berhenti nafas cetaknya pada 31 Desember nanti. Sebagian jawaban menuding ke Tina Brown, pemimpin redaksi majalah bergengsi itu. Alasan mereka, Tina tidak sanggup merangkul staf Newsweek sebaik dia bersosialisasi ide dengan staf The Daily Beast (laman internet Newsweek). Akibatnya, topik-topik majalah saingan utama Time ini kurang mendapat tempat di hati pembaca.

Beberapa wartawan Newsweek yang berbicara pada New York Times mengakui, Tina memang tak berhasil mengefektifkan newsroom Newsweek. Menurut salah satu staf redaksi, Tina bisa seenaknya men-drop isu utama padahal itu sudah direncanakan jauh-jauh hari. Ini membuat newsroom Newsweek kocar-kacir memperbarui konten majalah yang terbit saban pekan itu.

Salah satu insiden terkenal soal ini adalah ketika Newsweek menurunkan laporan utama soal ratusan tempat makan paling tenar. Newsweek menggunakan cover foto bibir perempuan yang hendak mengunyah dua batang asparagus. Masalahnya, desain itu bukan hasil internal Newsweek, melainkan dari pihak ketiga penyedia konten. Lebih runyam lagi, foto itu sudah muncul di dua majalah sebelumnya dalam waktu tak terlalu lama dengan edisi Newsweek.

Tina enggan membahas soal 'kegagalannya' menahkodai Newsweek. Mantan wartawan gaya hidup Tatler, New Yorker, dan Vanity Fair ini lebih memilih melihat masalah dari sisi bisnis media di AS, yang memang sedang menguntungkan online. "Anda tidak akan bisa benar-benar mengubah era inovasi yang menunggu," kata Tina. Ia menolak Newsweek dibilang mati atau sudah jadi fosil. Ia lebih memilih menggunakan kata 'pindah cara' dari pada mengatakan 'selamat tinggal'.

Versi Tina, krisis Newsweek bermula pada 2010 saat Washington Post menjual Newsweek kepada Sydney Harman. Pemilik baru ini merencanakan penggabungan Newsweek dengan The Daily Beast. Tetapi, merjer dua media tersebut gagal. Setahun kemudian, Harman meninggal dan ahli waris memutuskan menghentikan suntikan dana kepada Newsweek.

Padahal ketika itu nafas Newsweek sudah di ujung kerongkongan. Selama 10 tahun terakhir dia sudah kehilangan lebih dari setengah pelanggannya. Majalah ini tadinya memiliki rekor penjualan 3,3 juta eksemplar pada 1991, dan sekarang (Juni 2012) tinggal 1,5 juta eksemplar.

sumber : usa today, washington post
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement