REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Perdagangan Gita Wiryawan mengatakan bahwa konsumsi baja perkapita Indonesia harus dinaikkan sampai 500 kg perkapita per tahun untuk menjadi negara industri.
"Saat ini konsumsi baja kita masih sangat rendah, hanya 48 kg perkapita, bandingkan dengan Korea Selatan yang sudah mencapai 1.400 kg perkapita," kata Gita saat menghadiri Temu Akbar Alumni Institut Teknologi Surabaya di Jakarta, Sabtu.
Menurut Gita, konsumsi baja adalah indikator utama untuk melihat tingkat industrialisasi suatu negara, semakin tinggi konsumsi berarti semakin tinggi pula tingkat industrialisasinya.
Dengan target konsumsi 500 kg per kapita, Indonesia membutuhkan setidaknya 120 juta ton baja per tahun, sementara pada saat bersamaan, perusahaan milik negara yang bergerak di bidang sama PT. Krakatau Steel hanya mampu memproduksi sekitar tiga juta ton per tahun.
Gita berpendapat, produksi baja dalam negeri tersebut masih sangat kecil dan harus ditingkatkan. Dia membandingkan dengan China yang mampu menghasilkan produk yang sama sebesar 700 juta ton per tahun.
"Sisi produksi ini yang sulit, dibutuhkan modal yang sangat besar untuk menambah produksi Krakatau Steel. Satu ton baja setara dengan satu milyar dolar AS," kata dia.
Namun, Gita tetap optimis Indonesia akan dapat meningkatkan konsumsi baja perkapita sampai 500 kg per tahun karena ruang fiskal dalam anggaran negara semakin lebar sehingga peluang investasi pemerintah di bidang itu juga besar.
"Selain itu, rasio hutang kita terhadap produk domestik bruto juga semakin kecil sehingga pemerintah tidak lagi terbebani dengan pembayaran bunga dan pokok pinjaman," kata dia.
Selain harus meningkatkan konsumsi baja, Gita berpendapat bahwa Indonesia harus meningkatkan jumlah lulusan sarjana strata tiga (SIII) sampai 200.000 orang untuk menjadi negara industri yang disegani.
"Saat ini, kita hanya mempunyai 20.000 orang dengan gelar doktor, kalah jauh dibandingkan dengan India yang memiliki 600.000," kata Gita.
Pemerintah menurut dia seharusnya mampu meningkatkan lulusan SIII mengingat besarnya anggaran negara untuk pendidikan yang mencapai 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
"Dengan jumlah SIII yang banyak, kita dapat menghasilkan ilmuwan baru seperti Bill Gates yang mendirikan perusahaan teknologi raksasa Microsoft Inc., di sisi lain kita juga lebih mudah bersaing dengan dua kekuatan baru dunia yaitu China dan India" kata Gita.