REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Hujan merupakan momen yang langka bagi masyarakat kota Makkah, Arab Saudi. Dalam setahun, hujan hanya turun dua sampai tiga kali.
''Masyarakat kota Makkah menyambut hujan dengan membuat bubur kacang berwarna kuning,'' ujar seorang Mukimin, Zaini Haji Abdul Hanan kepada Republika Online.
Pria kelahiran Makkah Al-Mukaromah itu menuturkan, bubur itu disantap ketika hujan turun.
Hujan ringan yang membasahi Tanah Suci itu merupakan yang kedua pada tahun ini.
''Alhamdulillah, ini adalah hujan kedua yang turun pada tahun ini,'' ungkap Zaini Haji Abdul Hannan, seorang mukimin kepada Republika Online, Ahad (21/10) sore.
Hujan yang pertama, kata dia, turun pada Januari lalu. ''Beruntung tahun ini hujan turun lagi di musim haji. Suhu udara menjadi lebih dingin,'' papar Zaini.
Hujan ringan mewarnai kota Al Mukaromah, Ahad (21/10) sore. Hujan rintik-rintik yang terjadi sekitar pukul 16.30 itu tak berlangsung lama. Hujan ditandai dengan suara petir yang menggelegar.
Setelah hujan rintik-rintik, angin kencang melanda kota Makkah. Berdasarkan pantauan Republika Online, di kawasan Syisyah angin cukup kencang.
''Beginilah hujan di Arab,'' kata seorang mukimin. Jamaah perlu mewaspadai perubahan cuaca ini. Suhu udara kota Makkah yang biasanya panas kini mulai menurun.
Ahad (21/10), suhu rata-rata kota Makkah mencapai 36 derajat celcius. ''Suhu tertinggi mencapai 38 derajat celcius,'' ungkap dr Ramon Andrias SpOK, dokter yang bertugas di kantor Misi Haji Indonesia, Makkah.