REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Tragedi bom Beirut akhir pekan lalu membuat tensi politik dan keamanan Lebanon memanas. Presiden Michel Suleiman menyerukan seluruh rakyat Lebanon untuk tetap menjaga persatuan nasional.
Bom mobil yang menewaskan delapan orang termasuk Kepala Intelijen Lebanon Jenderal Wissam Al Hassan itu dimanfaatkan oleh kubu oposisi untuk menyudutkan pemerintahan Perdana Menteri Najib Mikati. Kubu oposisi menuntut Mikati mengundurkan diri atas tragedi tersebut.
Mikati sendiri dilaporkan telah bersedia untuk melepaskan jabatannya. Namun, surat pengunduran diri Mikati ditolak oleh Presiden Suleiman demi persatuan nasional. Suleiman menyatakan, hal utama yang perlu diperhatikan dalam konteks ini adalah penegakan hukum.
Ia menginstruksikan aparat penegak hukum agar secepatnya menyelesaikan investigasi untuk menyeret otak dan pelaku pemboman itu ke meja hijau.
"Saya katakan kepada para penegak hukum agar jangan ragu, rakyat Lebanon bersama kalian. Saya katakan pada aparat keamanan agar tetap kuat, rakyat Lebanon bersama kalian," ujar Suleiman dalam upacara pemakaman Al Hassan di Beirut, Ahad (21/20) seperti dilansir dari Aljazeera, Senin (22/10).
Upacara pemakaman Al Hassan itu sendiri disusul kericuhan di sejumlah tempat di Beirut. Salah satunya di kompleks pemerintahan, Serail. Para demonstran menuntut agar Mikati segera mengundurkan diri.
Tidak hanya mengancam persatuan nasional, bom Beirut juga mengancam Lebanon terseret dalam krisis di Suriah. Kebanyakan warga Lebanon menilai, rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad terlibat dalam pembunuhan Al Hassan.