REPUBLIKA.CO.ID, STAVROPOL -- Larangan jilbab yang diberlakukan sebuah sekolah di Kara-Tyube, Stavropol, Kauskaus Utara menyisakan pertanyaan di kalangan Muslim. Sebab, kawasan itu sudah terbiasa mengenakan jilbab.
Analis Politik dan Keagamaan Islam Mukhametov Abdullah, mengatakan keluhan umat Islam sering kali tidak ditanggapi otoritas, yang selanjutnya merugikan Muslim.
Seperti misal, film anti-Islam yang beredar di Youtube."Dalam konteks ini, kita perlu melindungi perasaan dan kebebasan beragama dari seluruh masyarakat Rusia. Namun, terakhir ini, ada semacam perbedaan tingkatan ketimbang persamaan," komentar dari seperti dikutip orlandosentinel.com, Senin (22/10).
Di Tatarstan sendiri, pelajar Muslimah diperbolehkan mengenakan jilbab. Di Selatan Kauskasus, seperti Chechnya, pelajar Muslimah juga terbiasa mengenakan jilbab. Jadi, tak heran, apabila Muslim Rusia berkeluh kesah soal larangan tersebut.
Yang lebih mengejutkan Muslim Rusia adalah sikap Presiden Rusia Vladimir Putin. Meski tidak menyatakan secara terbuka, Presiden, dalam sebuah pernyataan Kamis (18/10) dinilai ikut mendukung pelarangan tersebut dengan mengatakan Rusia sebagai negara sekuler dan harus menciptakan kondisi yang setara untuk semua warganya.
“Kita harus selalu memperlakukan perasaan religius orang lain dengan penuh hormat. Itu harus ditunjukan di kegiatan-kegiatan negara, dalam perbedaan, dan dalam segalanya," kata Putin.