Senin 22 Oct 2012 16:06 WIB

Pemerintah Lebanon Dituding Jadi 'Boneka' Suriah

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Dewi Mardiani
Najib Miqati, PM Lebanon
Foto: Worldnews
Najib Miqati, PM Lebanon

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pasca-kematian pejabat tinggi keamanan Lebanon yang tewas akibat ledakan bom mobil Jumat lalu, Lebanon kacau balau. Para demonstran berusaha menyerbu istana negara karena menganggap pemerintah Lebanon menjadi boneka rezim Suriah yang kejam.

Pembunuhan pejabat tinggi keamanan Lebanon, Brigjend Wissam Al-Hassan dalam insiden bom mobil telah mengakibatkan kegoncangan pada keseimbangan politik Lebanon yang memang telah rapuh. Politik negara Timur Tengah tersebut seringkali mengalami gejolak yang sebagian besarnya terkait dominasi politik dan militer negara tetangganya, Suriah.

"Darah Sunni mendidih!" seru ratusan demonstran yang kemudian adu bentrok dengan pasukan keamanan. Lebih dari seratus pengunjuk rasa mampu menerobos penjagaan polisi melalui kawat berduri dan gerbang metal. Posisi mereka pun hanya 50 meter dari pintu masuk istana negara. Mengatasi para demonstran tersebut, petugas pun menyemrotkan gas air mata.

Beberapa petugas pun menembakkan senapan ke udara. Bahkan salah seorang penjaga menembakkan peluru dari pistolnya di atas kepala demonstran. Deru senapan pun meletus, para demonstran berhamburan mencari tempat berlindung. Tak jelas apakah peluru tersebut mengenai kerumunan pengunjuk rasa. Namun tak ada laporan pengunjuk rasa terluka akibat tembakan.

Mereka mengatakan tak akan pergi hingga Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati mengundurkan diri. Mereka menilai, pemerintah Mikati didominasi oleh Hizbullah dan sekutunya. "Rezim Suriah memulai perang melawan kami, dan kami akan melawan perang ini sampai akhir," ujar salah seorang demonstran, Anthony Labaki (24 tahun).

Pasca pemakaman Al-Hassan, ribuan orang pun berkabung dalam perkumpulan di Pusat Kota Beirut. Mereka kemudian terpicu kemarahannya setelah seorang ulama Sunni, Osama Rifai menyampaikan pidato berapi-api dan mengajak para pelayat menyerbu markas pemerintah.

Pembunuhan Al-Hassan telah memicu kembali masalah Lebanon di masa lalu. Negara dekat Laut Mediterania tersebut memiliki sejarah kelam perpecahan antarsekte agama. Hal tersebut terkait rezim Suriah dan peran Hizbullah yang mendominasi pemerintah Lebanon. Selama bertahun-tahun, Lebanon dirundung krisis yang menyebabkan kekerasan melanda negara tersebut.

Negara tersebut dilanda perang sipil pada tahun 1975-1990, kemudian perang sekte antara Sunni dan Syiah di tahun 2008. Sedangkan Al-Hassan menjadi pelindung Lebanon dari lawan kuat Suriah. Pria 47 tahun tersebut memimpin penyelidikan Mantan Menteri Lebanon, Michel Samaha yang diduga kuat sangat loyal terhadap Suriah. Selain itu, Al-Hassan juga memimpin penyidikan keterlibatan Suriah dan Hizbullah dalam pembunuhan Mantan Perdana Menteri Rafik Hariri di tahun 2005.

sumber : AP/Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement