REPUBLIKA.CO.ID, Meski mendapatkan dukungan dari Timur Tengah, hubungan erat umat Islam di Vietnam justru lebih terjalin dengan Malaysia dan Indonesia.
Hal ini karena mereka merasa lebih dekat secara kultural. Hubungan erat itu dimulai sekitar 20 tahun lalu saat Vietnam secara bertahap membuka diri secara ekonomi.
Seorang Muslim bernama Hachot mengaku dirinya tak merasa menjadi bagian dari masyarakat Vietnam yang lebih luas meskipun pemerintah telah membantu membangun kembali rumahnya beberapa tahun lalu.
Menurut dia, sikap kelompok mayoritas, yakni etnis Kinh terhadap umat Islam yang beretnis Champ, amat beragam. “Beberapa Kinh mengatakan Champ kotor karena keberatan dengan sikap Muslim yang mengharamkan daging babi,” katanya.
Pada masa-masa awal kemunculan Islam, makanan halal memang sulit ditemukan di Vietnam. Namun, kini seiring meningkatnya jumlah penduduk dan turis Muslim yang kebanyakan dari Singapura, Indonesia, dan Malaysia, banyak restoran halal yang dibuka di Hanoi dan Ho Chi Minh City.
Bahkan, ada website khusus yang dibuat untuk menyediakan informasi tentang semua restoran halal yang ada di Vietnam, yaitu gohalalplanet-vietnam. com. Mereka juga menawarkan produk halal ke seluruh negara tersebut.
Website ini bisa membantu mempromosikan tur halal di wilayah tersebut. Selain itu, sekarang ser tifikasi halal diberlakukan ketat di negeri ini. Negeri yang perekonomiannya mulai menggeliat ini mulai menyasar ekspor ke negara-negara mayoritas Muslim.
Mohammed Omar, auditor utama Badan Sertifikasi Halal Vietnam (Viet Nam HCA), mengatakan pasar halal global memiliki nilai sebesar 2,77 triliun dolar AS. “Sertifikasi halal adalah skema global untuk produk atau jasa. Ini adalah proses independen untuk memverifikasi bahan halal dan haram, serta kondisi kemurnian diperlukan un tuk memenuhi standar Alquran dan syariah,” ujar Omar.