REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE, MYANMAR -- Setidaknya sebelas Muslim Rohingya di Myanmar tewas setelah ekstremis Buddha membakar rumah-rumah mereka di dua desa Muslim di kota Sittwe di negara bagian Rakhine barat. Demikian laporan Press TV Senin (22/10).
"Insiden itu terjadi ketika sejumlah Ekstrimis Buddha yang didukung oleh pasukan tentara membakar rumah-rumah Muslim di desa Mamra dan Mraut pada Minggu malam," Radio Banga melaporkan.
Pasukan tentara Myanmar diduga membrikan bensin kepada para ekstrimis Buddha untuk membakar rumah-rumah penduduk desa Muslim dan memaksa mereka untuk melarikan diri dari rumah mereka.
Keheningan dari organisasi hak asasi manusia (HAM) terhadap pelanggaran terhadap Muslim Rohingya menjadi penyebab asli keberanian ekstremis Buddha dan pasukan pemerintah Myanmar untuk melakukan hal keji tersebut.
Pemerintah dengan mayoritas Buddha Myanmar menolak mengakui warga Rohingya, dan telah diklasifikasikan mereka sebagai migran ilegal, meskipun ada laporan yang mengatakan warga Rohingya keturunan Muslim Persia, Turki, Bengali, dan asal Pathan, yang bermigrasi ke Myanmar pada awal abad ke-8 .
Menurut laporan, ribuan Muslim Rohingya Myanmar hidup dalam kondisi mengerikan di kamp-kamp pengungsi setelah pasukan pemerintah dan ekstremis Buddha mulai membakar desa mereka pada tanggal 10 Agustus 2012.