REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Penganut tarekat Naqsabandiyah di Sumatera Barat (Sumbar) memastikan akan merayakan Idul Adha, 10 Zulhijjah 1433 Hijriah pada Rabu (24/10).
"Penetapan awal Idul Adha dilakukan melalui perhitungan metode hisab munjid atau melalui penanggalan yang sudah dilakukan selama turun temurun," ujar Edizon, salah seorang jamaah Naqsabandiyah di Surau Baitul Makmur, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Edizon, Senin.
Dengan adanya keputusan itu, lebih dari lima ribu jamaah yang tersebar di Sumbar antara lain di Kota Padang, Kabupaten Solok Selatan, Pesisir Selatan dan Solok akan mengumandangkan takbir pada Selasa, 23 Oktober usai ibadah shalat Magrib.
"Sholat id akan dilaksanakan pada Rabu pagi, dan setelah itu dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban," ujarnya dan menambahkan bahwa pantia kurban di surau itu telah menyediakan dua ekor sapi dan seekor kambing untuk disembelih.
"Kami memiliki dasar dalam mentapkan Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha yang pada dasarnya mengacu pada Al-Quran dan Hadis, jika ada perbedaan dengan keputusan pemerintah, bukan menjadi persoalan," katanya.
Ia menjelaskan, metode hisab munjid dilakukan dengan cara menghitung 360 hari dari awal Idul Adha tahun lalu. Demikian juga dalam penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri yang mengacu pada awal perayaan tahun sebelumnya.
Di Kota Padang, terdapat puluhan masjid dan mushala yang menjadi pusat peribadatan Jamaah Tarekat Naqsabandiyah. Di kota Padang, masjid dan mushalla tersebut tersebar di Kecamatan Pauh, Lubuk Kilangan, dan Lubuk Begalung.
"Untuk di Kota Padang saja terdapat sekitar tiga ribuan jamaah," kata Edizon.