REPUBLIKA.CO.ID, Tak ada data yang valid terkait asal-usul penggunaan istilah Zawiyah.
Tetapi, menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, perkembangan institusi zawiyah dalam sejarah Islam selaras dengan dinamika yang dialami dunia tasawuf.
Secara bahasa, kata zawiyah, seperti dinukilkan dari kamus “Lisan al-Arab”, merujuk kata zaiyah sebagai tempat yang terketak di Kota Basrah, Irak, tempat kelompok-kelompok sufi yang awal dibangun.
Dalam kamus lain seperti “Mu’jam al-Wasith”, disebutkan zawiyah diartikan dengan tempat penampungan bagi sufi dan kaum miskin.
Ini sesuai dengan kebutuhan kaum sufi akan wadah untuk berkumpul seiring laju pesat perkembangan sufi di abad ke-8 hingga ke-13 Masehi. Penyebaran tarikat tersebut berpengaruh pula pada melonjaknya jumlah zawiyah di sebagian besar negara Muslim, bahkan di desa-desa terpencil sekalipun.
Zawiyah memiliki bentuk-bentuk yang sangat beragam. Misalnya, ada zawiyah yang diidentikkan dengan makam orang suci. Bentuk bangunannya dapat berupa tembok setinggi beberapa desimeter hingga monumen yang megah.
Ini seperti makam suci orang Aljazair, Sidi Bu Madyan, Usuman, dan Fodia di Negeria Utara, dan makam Dizhamuddin Auliya yang ada di Delhi, India.
Ada beberapa fungsi zawiyah yang telah berlaku sepanjang sejarah. Yang pertama ialah sebagai tempat beribadah. Zawiyah digunakan sebagaimana layaknya masjid tempat menunaikan shalat lima waktu dan seperti pondok tempat para pengikut tarekat tertentu untuk melakukan ritual zikir khusus di tarekat.
Selain difungsikan untuk pelaksanaan ibadah, zawiyah juga dipakai dalam upacara pemakaman. Mulai dari prosesi memandikan jenazah hingga menshalatinya.