Rabu 24 Oct 2012 22:00 WIB

Kerja Pelatih Relawan Berat, Namun tanpa Gaji

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Chairul Akhmad
Sejumlah calon relawan PMI mengikuti Pendidikan dan Pelatihan pembalutan luka.
Foto: Antara/Agus Bebeng
Sejumlah calon relawan PMI mengikuti Pendidikan dan Pelatihan pembalutan luka.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Semangat yang ditunjukkan oleh siswa-siswi sekolah di Tangerang Selatan untuk mendalami ilmu-ilmu PMI cukup tinggi. Namun sayang, kondisi ini tak dibarengi dengan ketersediaan pelatih.

 

Kepala Bagian Pelayanan kesehatan sosial PMI Kota Tangsel, Bambang S, mengatakan pelatih yang mereka miliki untuk 50 sekolah ini hanya ada 18 orang. Padahal, tugas pelatih amat berat.

 

Setiap seminggu sekali sesuai jadwal ekskul masing-masing sekolah, pelatih memberikan pengetahuan seputar menjadi relawan PMI.

Selain itu, tentunya semua itu dilakukan bersamaan dengan praktik yang cukup menguras energi.

“Semuanya dilakukan sendiri, dan tanpa digaji,” kata Bambang kepada ROL, Rabu (24/10).

Alhasil, dengan jumlah yang hanya ada 18 pelatih, terkadang satu orang pelatih harus memberi pendidikan pada siswa di dua sampai empat sekolah berbeda.

 

Hal tersebut, menurut Bambang, kadang membuat para pelatih merasa berat dan kelelahan dalam memberikan pelatihan pada puluhan murid di sekolah. “Malah beberapa dari mereka dalam seminggu harus memberikan pelatihan sebanyak tiga kali di sekolah yang berbeda,” imbuhnya.

 

Dalam pandangannya, tentu hal ini menjadi amat berat bagi pelatih bersangkutan. Sehingga tak jarang diantara para pelatih ini ada yang memilih mengundurkan diri.

Kenyataan ini, menurut Bambang, semakin runyam dengan kebijakan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan, yang ‘mewajibkan’ seluruh sekolah dari jenjang SMP sampai SMA memiliki ekskul PMR.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement