REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Bagi Michael yang berasal dari Virginia, AS, ritual haji merupakan pendidikan spiritual yang luar biasa. "Luar biasa, aku dan saudaraku yang lain dari seluruh dunia bertemu dan bersatu dalam perbedaan," kata dia seperti dikutip arabnews.com, Jumat (26/10).
Baru tahun ini ia berangkat haji setelah memeluk Islam belum lama ini. Ia begitu bahagia menjadi bagian dari umat Islam yang besar dan beragam. "Ritual haji memberikan kesempatan padaku untuk hidup dengan saudaraku yang lain, beribadah dan berpakaian yang sama," kata dia antusias.
Dari pengalaman itu, ia kembali teringat akan keputusannya menjadi muslim setelah terlibat perdebatan serius semasa kuliah. Ia awalnya ingin mengubah namanya menjadi nama muslim. Namun, para ulama mempersilakan Michael tidak mengubah namanya.
Secara terpisah, mualaf lain dari Skotlandia mengaku memutuskan memeluk Islam setelah ibunya, yang merupakan manajer hotel memeluk Islam. "Ibuku merasa dikecewakan agama lamanya. Lalu ia cari agama yang benar dan Islam yang dipilihnya," ungkap dia.
Sejak jadi muslim, ibunya mengalami perubahan. Salah satunya, terkait dengan pakaian. "Dari situ, saya berpikir menjadi muslim. Ibu tidak pernah memaksakan karena ia menginginkan aku mencari sendiri kebenaran itu," kata dia.
Ia sendiri berangkat haji karena didorong ibunya. Melalui haji, ia akan mengenal lebih dekat tentang Islam dan muslim. Sekitar 6.250 mualaf melakukan haji tahun ini di bawah program amal yang diselenggarakan oleh Saud Al-Rajhi. Program ini telah melibatkan 180 ulama dan pengawas guna membantu mereka belajar tentang haji dan Islam.