Idul Adha di Jalur Gaza, Palestina, ternyata tak cukup dirayakan sehari saja. Di sini, warga merayakan Idul Adha hingga empat hari lamanya. Bisa dikatakan, perayaan Idul Adha lebih meriah dibandingkan Idul Fitri, demikian dilaporkan wartawan Republika, Subroto, dari Jalur Gaza.
Anak-anak tampak bergembira menyambut Idul Adha, Jumat (26/10). Mereka mengenakan pakaian baru, di rumah maupun di jalan-jalan. Bukan hanya anak-anak tapi semua warga. Kemeriahan sudah terlihat sejak Kamis lalu. Pusat-pusat perbelanjaan diserbu pembeli. Warga Gaza banyak membeli pakaian dan makanan untuk menyambut hari gembira.
Libur Idul Adha berlangsung sejak Kamis hingga Ahad. Sehari sebelumnya sejumlah kendaraan berkeliling mengumumkan tokoh terkenal yang akan menjadi imam dan khatib Shalat Idul Adha.
Hari pertama Idul Adha, toko-toko di seantero Gaza umumnya tutup. Warga Gaza mencari hiburan di tempat-tempat hiburan, pantai, dan pusat kota. Tahun ini warga Gaza bisa menikmati sirkus di Soroyan.
Makanan khas yang dihidangkan saat Idul Adha adalah Kaek. Makanan ini adalah sejenis roti yang di dalamnya berisi kurma. Untuk memakannya biasanya ditaburi gula manis yang berbentuk serbuk.
Kaek sebenarnya adalah makanan sehari-hari rakyat Gaza. Namun, saat Idul Adha makanan ini lebih banyak muncul.
Warga Gaza punya kebiasaan melakukan silaturahmi usai shalat Idul Adha. Biasanya pada hari pertama silaturahmi dilakukan kepada keluarga terdekat seperti orang tua dan mertua. Hari berikutnya baru mengunjungi kerabat lainnya. Saat bertemu silaturaahmi mereka saling mengucapkan Kullu am waantum bikhair (semoga sepanjanjang tahun ini Anda mendapat kebaikan). Ucapan itu dijawab dengan Kullu am waantum mutttayyibin. Itulah Idul Adha dengan cita rasa Gaza.