REPUBLIKA.CO.ID, Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi menolak spekulasi media massa terkait kemungkinan penutupan Selat strategis Hormuz oleh Iran sebagai pembalasan atas sanksi dan embargo ekonomi Barat.
"Kedua masalah tersebut, (sanksi dan penutupan Selat Hormuz) tidak berhubungan satu sama lain, dan benar-benar terpisah," kata Vahidi kepada wartawan di sela-sela konferensi 'Pekan Nasional Pertahanan Sipil' Ahad (28/10), seperti diberitakan Kantor Berita Fars.
Ia menjelaskan, Iran mampu mengatasi sanksi dan tekanan bertubi-tubi dari Barat. "Sanksi tersebut sangat tidak adil, tetapi, bagi kami, mereka telah menciptakan serangan progresif. Namun, kami cukup kuat bertahan dan melalui sanksi tersebut dengan tegar," tuturnya.
Dalam banyak kesempatan, pejabat militer dan politik senior Iran menolak spekulasi media massa, terkait Teheran bermaksud menutup Selat strategis Hormuz sebagai balasan atas sanksi yang dijatuhkan Barat terhadap Iran. Namun, menurut mereka, penutupan tersebut hanya jika kepentingan negara terancam.
Sebelumnya Iran mengancam menutup Selat strategis Hormuz, jika program nuklirnya jadi target dan sasaran serangan udara Israel dan Amerika Serikat.
Sementara, sebuah lembaga di AS pada Oktober mengatakan, ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz adalah bagian penting dari strategi militer negara tersebut, yang berdasarkan perhitungan perang psikologis dan asimetris.
Lembaga, Rand Corporation dalam sebuah pernyataan menulis, pemblokiran Selat strategis, Hormus, akan menimbulkan gejolak luar biasa terkait keamanan regional dan pasar minyak global.